DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Riya
1.
Pengertian Riya
2. Macam – Macam Riya
3. Akibat Negatif dari sifat Riya
4. Menghindari Sifat Riya
5. Hikmah Terhindar Dari Riya
B.
Nifaq
1.
Pengertian Nifaq
2. Macam – macam Nifaq
3. Akibat Negatif dari sifat Nifaq
4. Cara Menghindari sifat Nifaq
C.
Takabur
1.
Pengertian Takabut
2. Ciri-ciri orang Takabbur antara lain
3. Akibat negatif dari sifat takabur
4. Cara menjauhi sifat takabur
5. Hikmah Menghindari Sifat Takabur
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak Tercela adalah perbuatan/perilaku yang
tidak Diridhoi oleh Allah SWT. Seseorang yang berbohong, sombong, pamer,
menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas,
mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Itu semua adalah perbuatan
tercela. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat akhlak-akhlak tercela
tersebut. Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia selalu
melakukan perilaku-perilaku tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Kebahagiaan yang diperoleh dari perilaku tercela tersebut hanya bersifat
sementara. Dan akan mendapat kesedihan dan penyesalan yang tak ada hentinya.
Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan
memberi peringatan tentang akhlak-akhlak tercela yang dapat merusak iman
seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Seperti
akhlak buruk kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan
Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu
jalal, Walid bin mugirah, Akhnas bin syariq, Aswad bin abdi Yaquts. Oleh karena
itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara
serta di tingkat kan kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji.
Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam
diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari.
Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap orang
tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan atau
kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang
oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Riya, Nifaq dan Takabur?
2.
Apa dampak nagatif Riya, Nifaq dan Takabur?
3.
Bagaimana menghindari Riya, Nifaq dan Takabur?
C.
Tujuan
Penulisan makalah
ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Apa pengertian Riya, Nifaq dan Takabur?
2.
Apa dampak nagatif Riya, Nifaq dan Takabur?
3.
Bagaimana menghindari Riya, Nifaq dan Takabur?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riya
1.
Pengertian Riya
Kata riya berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan
atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun
perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya
dan akhirnya memujinya. Kata lain yang mempunyai arti serupa dengan riya ialah
sum’ah. Kata sum’ah berasal dari bahasa Arab Assum’atu atau Sum’atun yang
berarti kemasyhuran nama, baik sebutannya. Orang yang sum’ah dengan perbuatan
baiknya, berarti ingin mendengar pujian orang lain terhadap kebaikan yang
dilakukan. Dengan adanya pujian tersebut, akhirnya masyhurlah nama baiknya di
lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pengertian sum’ah sama dengan riya.
Orang yang riya berarti juga sum’ah, yakni ingin memperoleh komentar yang baik
atau pujian dari orang lain atas kebaikan yang dilakukan.
Riya adalah melakukan amal bukan karena
mengharap ridha Allah, tetapi mencari pujian dan popularitas di mata manusia.
Riya merupakan bentuk syirik kecil yang dapat merusak dan membuat ibadah serta
kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah. Sikap ini muncul
karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Setiap ibadah,
amal, dan aktifitas lain dalam Islam, harus dilakukan demi mencari ridha Allah
SWT.
Riya muncul akibat kurang iman kepada
Allah dan hari akhirat serta ketidakjujuran menjalankan agama. Ia beribadah
kerana ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. Sikap riya sangat
merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai di sisi
Allah.
2.
Macam – Macam Riya
a)
Riya
dalam niat
Maksudnya adalah berniat sebelum
melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut dipuji oleh orang lain. Padahal
niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan niat
karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika
perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka
perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah SWT.
b)
Riya
perbuatan
Contoh perbuatan ini seperti ketika
akan mengerjakan shalat, seseorang akan tampak memperlihatkan kesungguhan dan
kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah dihadapan guru dan orang lain.
Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai harapan dan mendapat
perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang riya dalam shalat
akan celaka.
Firman
Allah SWT, dalam surat Al Nisa’ ayat 142:
“Sesungguhnya
orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali”. (Q.S. Al-Nisa’ 142.)
Beberapa ciri orang yang mempunyai
sifat riya dalam perbuatan yaitu sebagai berikut :
1)
Tidak
akan melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang.
2)
Beribadah
hanya sekadar ikut- ikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di tengah- tengah
orang banyak. Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila sedang sendirian.
3)
Terlihat
tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian Sebaliknya,
mudah menyerah jika dicela orang.
4)
Senantiasa
berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar diketahui orang banyak.
Semua pelaksanaan ajaran agama adalah
untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik yang berupa pelaksanaan perintah
maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran terhadap larangan agama, pasti
berakibat buruk bagi pelakunya. Suatu ibadah yang tercampuri oleh riya, maka
tidak lepas dari tiga 3 keadaan:
1)
Yang
menjadi motivator dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah memang riya
seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia melihatnya sehingga
disebut sebagai orang yang shalih dan rajin beribadah. Dia sama sekali tidak
mengharapkan pahala dari Allah. Yang seperti ini jelas merupakan syirik dan
ibadahnya batal.
2)
Riya
tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi motivator awal
sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian di tengah jalan
terbersitlah riya.
3)
Riya
tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian ini maka
tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi.
3.
Akibat Negatif dari sifat Riya
Semua pelaksanaan ajaran agama adalah
untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik yang berupa pelaksanaan perintah
maupun meninggalkan larangan. Setiap pelanggaran terhadap larangan agama, pasti
berakibat buruk bagi pelakunya. Adapun akibat buruk riya antara lain sebagai
berikut:
c)
Menghapus
pahala amal baik, sebaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 262.
d) “Orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S.
Al-Baqarah: 262).
e)
Mendapat
dosa besar karena riya termasuk perbuatan syirik.
f)
Tidak
selamat dari bahaya kekafiran karena riya sangat dekat hubungannya dengan sikap
kafir.
Sifat riya dapat membahayakan diri
sendiri maupun orang lain. Sifat riya yang membahayakan terhadap diri sendiri
di antaranya ialah sebagai berikut :
a)
Selalu
muncul ketidakpuasan terhadap apa yang telah dilakukan.
b)
Muncul
rasa hampa dan senantiasa gelisah ketika berbuat sesuatu.
c)
Menyesal
melakukan sesuatu ketika orang lain tidak memperhatikannya.
d) Jiwa akan terganggu karena keluh kesah
yang tiada hentinya.
Adapun bahaya riya yang dapat menimpa
orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya kemudian diumpat,
diolok-olok, dan dihina atau dicaci maki oleh orang yang membantu dengan riya.
Dia mencaci maki atau mengungkit-ungkit pemberiannya karena disanjung dan
dipuji atau karena tidak tercapai harapan sesuai dengan apa yang dikehendaki
sehingga orang yang dicaci-maki itu akan tersinggung dan akhirnya terjadilah
perselisihan permusuhan di antara keduanya. Oleh karena itu, perbuatan riya
sangat merugikan karena Allah SWT tidak akan menerima dan memberi pahala atas
perbuatannya.
Begitulah bahaya dari sifat riya,
bahkan riya itu dapat dikatakan sebagai syirik khafi artinya syirik ringan
karena mengaitkan niat untuk melakukan sesuatu perbuatan kepada sesuatu selain
Allah SWT.
4.
Menghindari Sifat Riya
Sudah
diketahui bahwa bahaya riya sangatlah
besar, dan kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk menghindari
perbuatan riya tersebut, diantaranya adalah dengan cara mempersiapkan niat
hanya karena Allah saja, tidak menampakkan ibadah kecuali untuk memberi contoh
dan di waktu orang banyak melakukannya.
Ada
pun cara lain untuk menghindari sifat riya antara lain:
a.
Melatih diri untuk beramal secara
ikhlas, walaupun sebesar apa pun yang dilakukan.
b.
Mengendalikan diri agar tidak merasa
bangga apabilaada orang lain memuji amal baik yang dilakukan.
c.
Menahan diri agar tida emosi apabila
ada orang lain yang meremehkan kebaikan yang dilakukan.
d.
Tidak suka memuji kebaikan orang
lain secara berlebih-lebihan karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi
riya atas kebaikannya.
e.
Melatih diri untuk bersedekah secara
sembunyi-sembunyi untuk menghindari sanjungan orang lain.
5.
Hikmah Terhindar Dari Riya
Di antara hikmah
agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan
untuk dunia
b.
Mengetahui
jenis-jenis riya’ serta faktor-faktor pendorong perbuatan riya’
c.
Mengetahui keagungan Allah Swt.
d.
Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah
persiapkan untuk akhir kehidupan.
e.
Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
B.
Nifaq
1.
Pengertian Nifaq
Nifaq secara bahasa berasal dari kata
naafaqa,dikata pula berasal dari kata an-nafaqa (nafaq) yaitu lubang tempat
bersembunyi. Nifaq menurut syara’ yaitu menampakkan Islam dan kebaikan tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk
pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.
Karena itu Allah memperingatkan dengan
firman-Nya dalam Surat At-Taubah Ayat 67:
“Orang-orang munafiq laki-laki dan
perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh
membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. At-Taubah: 67)
Menurut istilah, nifaq berarti sikap
yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan. Orang yang
memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering tidak tertentu, susah
diketahui kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya mengetahui tembusan lubang
tikus di padang pasir. Oleh sebab itu, orang lain sering tertipu dengan ucapan
atau perbuatannya yang tidak menentu.
Islam menegaskan bahwa nifaq amat
tercela, baik dalam pandangan Allah maupun sesama manusia. Dalam kehidupan
bermasyarakat, sejak zaman Rasulullah SAW. Sampai sekarang, bahan sampai akhir
zaman, munafiq sering menjadi musuh dalam selimut yang sangat membahayakan.
Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa ciri-ciri munafiq ada tiga macam yaitu
apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, apabila
dipercaya ia berkhianat.
Perlu diketahui bahwa munafiq pandai
bersilat lidah dan memutar-balikkan persoalan sehingga banyak orang terpedaya
karenanya. Kepandaian bersilat lidah sebagai hasil dari sikapnya yang selalu
mendua (bermuka dua). Disamping itu, munafiq juga suka mengobral janji terhadap
orang lain, tetapi janji-janjinya banyak yang dingkari sendiri.
2.
Macam – macam Nifaq
Nifaq terbagi menjadi dua, yaitu:
a)
Nifaq
besar
Nifaq besar yaitu menampakkan keislaman
dengan lisannya, tetapi sebenarnya hati dan jiwanya mengingkari. Yang termasuk
perbuatan nifaq besar di antaranya:
1)
Mendustakan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mendustakan sebagian dari seluruh
ajaran yang beliau sampaikan.
2)
Membenci
ajaran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian dari
ajaran yang beliau sampaikan.
3)
Merasa
senang dengan kekalahan Islam dan merasa benci dengan tersebar dan menangnya
Islam. Orang yang melakukan perbuatan nifaq besar ini akan mendapatkan azab
yang lebih berat dari orang-orang kafir, karena bahaya mereka lebih besar.
b)
Nifaq
kecil
Seseorang dikatakan melakukan perbuatan
nifaq kecil bila dia melakukan sebagian perbuatan yang menjadi ciri dan
karakter orang-orang munafiq tulen. Ada empat hal, jika keempatnya ada pada
diri seseorang, maka dia adalah seorang munafiq tulen, namun bila dari keempat
itu hanya ada satu saja pada seseorang, maka dia hanya dikatakan memiliki sifat
nifaq yang mestinya dia tinggalkan. (Keempat hal itu adalah)” dusta ketika
berbicara, ingkar janji, khianat ketika mengadakan kontrak kerjasama, dan culas
dalam berdebat. Nifaq kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam,
tetapi itu termasuk dosa besar yang harus dijauhi.
3.
Akibat Negatif dari sifat Nifaq
Adapun akibat negative sifat nifaq,
antara lain sebagai berikut:
a)
Bagi
diri sendiri
1)
Tercela
dalam pandangan Allah SWT, dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama
baiknya sendiri.
2)
Hilangnya
kepercayaan diri orang lain atas dirinya.
3)
Tidak
disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari.
4)
Mempersempit
jalan untuk memperoleh rizki karena orang lain tidak mempercayai lagi.
5)
Mendapat
siksa yang amat pedih kelak dihari akhir.
b)
Bagi
orang lain
1)
Menimbulkan
kekecewaan hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang telah
terjalin baik.
2)
Membuka
peluang munculnya fitnah karena ucapan atau perbuatannya yang tidak menentu.
3)
Mencemarkan
nama baik keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenannya.
4.
Cara Menghindari sifat Nifaq
Menghindarkan diri dari sifat nifaq
harus menjadi watak setiap muslimin dan muslimat. Adapun upaya untuk
menghindarkan diri dari sifat nifaq antara lain selalu menyadari bahwa:
1)
Nifaq
merupakan larangan agama yang harus dijauhi dalam kehidupan sehari-hari.
2)
Nifaq
akan merugikan diri sendiri dan orang lain sehingga dibenci dalam kehidupan
masyarakat.
3)
Nifaq
tidak sesuai dengan hati nurani manusia (termasuk hati munafiq sendiri)
4)
Kejujuran
menentramkan hati dan senantiasa disukai dalam pergaulan.
C.
Takabur
1.
Pengertian Takabut
Takabur
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Takabbur
Bathiniah adalah sifat takabur yang ada di dalam jiwa, bersembunyi dalam
hati dan tidak terlihat oleh mata. Seperti sifat merasa besar dan merasa
lebih pandai. Takabur ini dinamakan juga takabur kibir.
Takabbur
Dhahir/lahiriyah adalah perbuatan yang dapat dilihat atau dilakukan
oleh anggota badan/gerak gerik manusia sebagai perwujudan sikap dari takabur
batin, seperti merendahkan dan menyepelekan orang lain.
Takabur
merupakan sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, karena
sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dan
sekaligus dibenci oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An - Nahl 23:
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong".
Sifat takabur itu biasanya timbul karena orang itu
terlalu menghormati dirinya tanpa peduli atau tidak mau menghormati orang lain.
Dia merasa dirinya yang paling benar dan hebat sehingga menganggap orang lain
kecil, remeh, dan hina. Dia tidak mau dinasehati, tidak suka menerima saran
atau anjuran orang lain, itulah ciri-ciri orang takabur atau sombong.
Sikap takabur selain dibenci Allah juga akan menutup
pintu surga. Apalagi jika sombong kepada Allah ia akan masuk neraka jahanam.
Seperti dijelaskan dalam dalil-dalil berikut :
Artinya : "Tidak akan
masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari
kesombongan". (HR. Muslim)
2.
Ciri-ciri orang
Takabbur
a.
Suka memuji dan membaggakan diri, harta, ilmu, keturunan
dan sebagainya
b.
Suka meremehkan orang lain
c.
Suka mencela dan mengkritik orang lain dengan keritik yang
menjatuhkan
d.
Memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain
e.
Berlagak berbicara
f.
Belebih-lebihan dalam berpakaian
3.
Akibat Negatif dari
Sifat Takabur
a.
Merusak hubungan dan pergaulan antar sesama
(silaturrahim).
b.
Dikucilkan orang lain/dibenci teman.
c.
Hatinya tidak tenang dan memperkecil pribadinya sendiri.
d.
Berdosa dan sengsara di akhirat karena terhalang masuk
surga.
e.
Diancam dengan siksa api neraka
jahanam.
4.
Cara Menjauhi
Sifat Takabur
a.
Selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
b.
Senantiasa mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh
Allah SWT.
c.
Menghormati orang lain dan menghargai pendapatnya.
d.
Menjalin silaturrahim dengan orang lain.
5.
Hikmah
Menghindari Sifat Takabur
Adapun hikmah menghindari sifat takabur adalah sebagai
berikut:
a.
Akan selalu tawadlu’
b.
Tidak
jatuh dalam jerat-jerat
kesombongan, sebab ujub
merupakan pintu menuju
c.
kesombongan.
d.
Tidak terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis
dan cobaan kehidupan
e.
Tidak akan kena azab dan pembalasan cepat
ataupun lambat.
BAB III
PENUTUP
Riya adalah melakukan
amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi mencari pujian dan popularitas
di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil yang dapat merusak dan
membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di hadapan Allah.
Sikap ini muncul karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. nifaq
berarti sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan.
Orang yang memiliki sifat nifaq disebut munafiq. Munafiq sering tidak tertentu,
susah diketahui kebenaran ucapannya, sebagaimana susahnya mengetahui tembusan
lubang tikus di padang pasir. Takabbur Dhahir/lahiriyah adalah
perbuatan yang dapat dilihat atau dilakukan oleh anggota badan/gerak
gerik manusia sebagai perwujudan sikap dari takabur batin, seperti
merendahkan dan menyepelekan orang lain
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment