Sunday, April 12, 2020

NAFSU, AKAL DAN QOLBU (HATI)



DAFTAR ISI





KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang
      B.     Rumusan Masalah
      C.    Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Nafsu
      B.     Akal
      C.    Qolbu
      D.    Membandingkan Kedudukan Nafsu, Akal Dan Qalbuu
      E.     Perilaku Orang Yang Memiliki Nafsu, Akal Dan Qalbu
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PISTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Pendahuluan
Manusia diciptakan dibumi ini melainkan disuruh hanya untuk beribadah. Manusia juga diciptakan dalam bentuk paling bagus dan sempurna serta mempunyai dua sifat yaitu akal dan nafsu. Jika akal yang menang maka manusia itu akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, akan tetapi jika nafsu itu menang dan akal kalah maka yang terjadi adalah kekacauan, kerancauan yang kesemuannya itu bersifat negative serta cuma akan mendapatkan kebahagian yang semu atau kebohongan kebahagiaan.
Manusia dilahirkan juga memiliki potensi-potensi bawaan yaitu akal, nafs, qalb. Akal berfungsi untuk mengetahui hakekat segala sesuatu. Kemudian nafs adalah dorongan atau hasrat untuk melakukan sesuatu baik itu buruk atau baik. Sedangkan qalb berperan sebagai mukhathab (pihak yang diajak bicara), yang bisa merasakan kesusahan, bisa merasakan akibat dan bisa dituntut.
Dalam makalah penulis ini akan mencoba membahas mengenai nafsu, akal dan qolbu
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian nafsu?
2.         Apa saja tingkatan nafsu?
3.         Apa pengertian akal?
4.         Apa pengertian qolbu?
C.      Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.         Pengertian nafsu
2.         Tingkatan nafsu
3.         Pengertian akal?
4.         Pengertian qolbu?




BAB II
PEMBAHASAN



A.      Nafsu
            1.      Pengertian Nafsu
Kata nafsu bahasa berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama’nya: anfus atau Nufusun dapat diartikkan ruh, nyawa, tubuh dari seseorang, darah, niat, orang dan kehendak atau keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yg kuat.
Secara istilah nafsu, adalah lahīfah/ sesuatu yang lembut pada diri seseorang yang mnimbulkan keinginan seseorang atau dorongan-dorongan hati yang kuat untuk memuaskan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Misalnya keinginan makan, minum, disanjung dihargai dan sebagainya. Karena itu sering disebut dengan hawa nafsu.
Adapun pengertian hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita baik bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh kita seperti makanan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya. Nafsu yang bersifat maknawi yaitu, nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pinter, paling berperan, paling hebat, nafsu ingin disanjung dan lain-lain. Nafsu dalam pengertian seperti ini dalam kondisi tertentu dibutuhkan bagi kehidupan manusia, namun harus dikendalikan dengan baik agar tidak mengakibatkan pengaruh buruk / negatif bagi manusia. Nafsu yang telah terkendali akan menimbulkan ketenangan jiwa.
            2.      Tingkatan Nafsu
Ketika kita menelaah ayat-ayat al-Quran, kita temukan ayat-ayat tersebut menunjukkan berbagai keadaan jiwa manusia dan menamainya dengan nama-nama yang berbeda yang mencerminkan tingkatan kondisi jiwa/nafsu , yaitu sebagai berikut:
a.             Nafsu ammārah.
Diambil dari Ayat al-Qur’an Surat Yusuf: 53
* !$tBur äÌht/é& ûÓŤøÿtR 4 ¨bÎ) }§øÿ¨Z9$# 8ou$¨BV{ Ïäþq¡9$$Î/ žwÎ) $tB zOÏmu þÎn1u 4 ¨bÎ) În1u Öqàÿxî ×LìÏm§ ÇÎÌÈ  

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (QS. Yusuf:53)
Nafsu ini memerintahkan seseorang kepada keburukan, dan apabila ia mengajak kepada kebaikan, sesungguhnya di balik kebaikan itu menyimpan maksud yang buruk, maka hasil akhirnya juga buruk. Maka setiap keinginan nafsu harus dicurigai, tidak boleh begitu saja menerima.
b.             Nafsu Lawwāmah;
Berdasarkan ayat al-Qur’an Surat al-Qiyāmah 2 :
Iwur ãNÅ¡ø%é& ħøÿ¨Z9$$Î/ ÏptB#§q¯=9$# ÇËÈ  
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS Al-Qiyāmah: 2)
Yang dimaksud dengan an-nafs al-lawwāmah adalah jiwa orangMukmin yang mencelanya di dunia atas kemaksiatan, memandang berat ketaatan, dan memberinya manfaat pada Hari Kiamat. Ketika seseorang memerangi nafsu ini dan ditekan terus supaya nafsu ini ikut kepada suatu yang benar menurut syari’at ,maka seorang pun takkan mampu mengalahkan nafsu ini. Kemudian nafsu ini akan kembali ke pemiliknya dengan dicela-cela dirinya.
c.              Nafsu Mumainnah:
Diambil dari Ayat al-Qur’an Surat Al-Fajr 27-28.
$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ   ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuŠÅÊ#u Zp¨ŠÅÊó£D ÇËÑÈ  
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hatiyang puas lagi diridhai-Nya. (QS Al-Fajr 27-28).
An-Nafs al-muhmainnah adalah yang senang kepada Tuhannya dan ridha terhadap apa yang diridhai-Nya. Disifatinya jiwa itu dengan rādiyah (ridha), karena ketenangannya kepada Tuhannya mendatangkan keridhaannya atas apa yang telah menjadi takdir dan qadha. Dengan demikian, bencana tidak membuatnya marah dan kemaksiatan tidak membuatnya berpaling. Apabila hamba ridha kepada Tuhannya maka Tuhan pun ridha kepadanya. Oleh karena itu, firman-Nya: rahiyah (ridha) diikuti dengan firman-Nya: marhiyyah (diridhai).
           3.      Dalil naqli tentang nafsu
Di samping ayat tersebut di atas, masih banyak ayat al-Quran sebagai dalil naqli yang menjelaskan tentang nafs, antara lain dengan menggunakan kata “Hawā”;
Allah SWT. berfirman:
bÎ*sù óO©9 (#qç7ŠÉftFó¡o y7s9 öNn=÷æ$$sù $yJ¯Rr& šcqãèÎ7­Ftƒ öNèduä!#uq÷dr& 4 ô`tBur @|Êr& Ç`£JÏB yìt7©?$# çm1uqyd ÎŽötóÎ/ Wèd šÆÏiB «!$# 4 žcÎ) ©!$# Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÎÉÈ  

Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) Ketahuilah bahwa Sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).  dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS Al-Qaa :50)
B.       Akal
            1.    Pengertian Akal
Kata akal berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql. Kata al-‘aql adalah madar dari kata ‘aqala – ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “fahima wa tadabbara” yang artinya “dia paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang)”. Maka al-‘aql, sebagai madar dari kata kerja ‘aqala, maknanya adalah kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu. Sesuatu itu bisa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain, semua yang ditangkap oleh panca indra. Secara etimologis akal juga memiliki arti menahan (al-imsāk), ikatan (ar-ribāh), menahan (al-ajr), melarang (an-nahy) dan mencegah (al-man’u). 
Dengan makna ini, maka yang dinaksud dengan orang berakal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya.
Sedangkan, menurut Istilah akal adalah sesuatu yang halus (laifah) yang mempunyai daya kemampun untuk memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Akal dengan demikian memiliki fungsi kognisi, yaitu untuk memperhatikan, memikirkan, menjelaskan, mempertimbangkan semua fenomena yang ditangkap oleh panca indra sehingga dapat berpendapat, berimajinasi, menilai dan sebagainya.
            2.    Dalil Naqli tentang Akal
Dikatakan di dalam Al-Qur’an:
óOn=sùr& (#r玍šo Îû ÇÚöF{$# tbqä3tGsù öNçlm; Ò>qè=è% tbqè=É)÷ètƒ !$pkÍ5 ÷rr& ×b#sŒ#uä tbqãèyJó¡o $pkÍ5 ( $pk¨XÎ*sù Ÿw yJ÷ès? ㍻|Áö/F{$# `Å3»s9ur yJ÷ès? Ü>qè=à)ø9$# ÓÉL©9$# Îû ÍrߐÁ9$# ÇÍÏÈ  
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS.al-ajj/22:46)
Dari ayat ini dijelaskan bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qalbu. Ia dapat memahami dan memikirkan (ya’qilu) dengan menggunakan al-qalbu.
¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ 3tò2Ï%s! `yJÏ9 tb%x. ¼çms9 ë=ù=s% ÷rr& s+ø9r& yìôJ¡¡9$# uqèdur ÓÎgx© ÇÌÐÈ  
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatanbagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaf: 37)
Dalam ayat ini qalbu bermakna akal, dalam arti hati itulah yang dipakai untuk memikirkan suatu kejadian dan menjadikannya sebagai pelajaran dalam kehidupan manusia.
C.      Qalbu
            1.    Pengertian Qolbu
Qalbu secara bahasa artinya membalik. Dalam konteks ini hati disebut qalbu karena siafat hati yang selalu berubah-ubah dan membolak-balik keadaan. Kadang sedih, gembira, sebentar senang lalu benci dan seterusnya. Tidak ada jaminan hati selalu tetap. Allah lah yang membolak-balik hati manusia. Karena  tu jika dalam hati muncul keinginan yang baik maka segeralah laksanakan jangan ditunda-tunda sebelum keinginan itu berubah.
Qalbu juga disebut hati. Hati ada dua pengertian, yakni hati dalam arti daging dan hati dalam arti sesuatu yg halus, bersifat ketuhanan. Hati dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh yang tersimpan dan terlindung tulang belulang yg berada didada disebelah kiri manusia. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yg halus. Didalam lubang (rongga) terdapat pula darah hitam yg menjadi sumber roh. Makna lain dari hati ialah merupakan sesuatu yg halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan terkait dengan hati jasmani (ditubuh kita).
Hati halus merupakan hakikat manusia. Hati dalam pengertian sesuatu halus dan kerohanian inilah yg mampu mengenal diri sendiri dan yg menjadi subyek pembicaraan (khithab), disiksa, dicela dan dituntut oleh Allah. Kondisi hati memiliki kaitan dengan jasmani yg menentukan sifat serta watak manusia yg tampak secara lahiriah. Karena itu hati yang sedang marah, sedih, gembira dan sebagainya akan memancar ke luar dan tampak pada wajah atau wujud dalam bahasa tubuh seseorang.

           2.    Dalil naqli tentang qalbu
Surat Muhammad ayat 16:
Nåk÷]ÏBur `¨B ßìÏJtGó¡o y7øs9Î) #Ó¨Lym #sŒÎ) (#qã_tyz ô`ÏB x8ÏYÏã (#qä9$s% tûïÏ%©#Ï9 (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# #sŒ$tB tA$s% $¸ÿÏR#uä 4 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# yìt6sÛ ª!$# 4n?tã öNÍkÍ5qè=è% (#þqãèt7¨?$#ur óOèduä!#uq÷dr& ÇÊÏÈ  

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang Berkata kepada orang yang Telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” mereka Itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.
Dalam ayat ini hati dengan makna sesuatu yang mampu mempertimbangkan sehimgga bersikap menerima atau menolak suatu ajaran.
Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya : ”Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika gumpalan daging itu bagus maka akan baguslah seluruh anggota tubuh. Jika gumpalan daging itu rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh”. (HR. Bukhari).
Ayat dan hadi ini menunjukkan bahwa kedudukan hati manusia sangat pentig. Ia menjadi sentral yang berfungsi mengendalikan prilaku lahir, penentu baik dan buruknya seseorang. Karena itu kelak di akhirat manusia yang selamat adalah yang yang menghadap Allah dengan hati dalam kondisi “saliim”. Yaitu hati yang selamat dari penyakit, bersih dan baik.

D.      Membandingkan Kedudukan Nafsu, Akal Dan Qalbuu
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa nafsu, akal dan qalbu memiliki makna serupa, yaitu susuatu yang lembut/ laifah. Sesuatu yang tidakbisa diindra namun mempunyai daya pengaruh penentu baik-buruknya seseorang.Sehingga jika hati baik maka prilaku anggota lahirpun akan baik. Jika hati burukmaka prilaku anggota lahirpun buruk.
Kedudukan antara hati dengan anggota badan ibarat seperti raja dengan rakyatnya. Akal ibarat menterinya, dan nafsu polisinya/ tentara. Jika polisi bertindak tidak mengikuti perintah raja dan pertimbangan menteri maka akan melahirkan perbuatan melenceng dari semestinya, dan semena-mena. 
Demikian juga nafsu kesenangan jika dilepaskan dari petunjuk akal dan arahan hati maka akan melahirkan prilaku tercela dan merugikan. Nafsu diciptakan Allah SWT. bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia diberi nafsu makan, minum, seksual dan sebagainya agar anggota badan bisa berfungsi dan sehat serta melangsungkan keturunan. Demikian juga diberi nafsu marah agar dapat menjaga kehidupan dan harga dirinya. Manusia tidak bisa lepas dari nafsu, karena dengan nafsu manusia bisa bertahan hidup, dan dengan menggunakan nafsu juga manusia beramal ibadah. Karena itu nafsu tidak boleh dihilangkan sama sekali, juga tidak boleh dibebaskan sebebas-bebasnya. Namun penggunaannya nafsu mesti harus sesuai dengan petunjuk akal dan pertimbangan hati. Nafsu tidak boleh menguasai seseorang.
Dengan akal seseorang mampu mendapatkan ilmu pengetahuan, menemukan kebenaran dan kesalahan, membedakan kebaikan dan keburukan, menghitung kemasahatan dan kemadlaratan. Namun untuk menentukan tindakan benar dari yang salah, baik dari yang buruk, dan maslahah dari yang mafsadah maka perlu pertimbangan hati yang jernih. Karena itu tugas setiap orang adalah bagaimana menjaga hati selalu dalam kondisi jernih, bersih dan bebas dari kotoran. Orang seperti inilah yang beruntung dunia-akhirat, sebagaimana penjelasan surat al-Syamsy ayat 9-10:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.( QS. Asyamsy:9-10)
Setiap perbuatan maksiat atau dosa seseorang akan berdampak bekas hitam pada hati. Jika kemaksiatan tersebut berlangasung terus-menerus maka hati benarbenar menjadi hitam pekat. Jika hati menjadi hitam maka tidak bisa menerima kebenaran, sulit mengendalikan hawa nafsu dan berat untuk melakukan kebajikan. Hati seperti inilah yang digambarkan Allah sebagai hati yang terkunci dan buta.
Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.(QS. al-Muṭhaffifin: 14).
Orang yang hanya menuruti kesenangan hawa nafsunya, akan serakah dan tidak akan merasa puas. Inilah sumber malapetaka. Ia akan mudah jatuh kepada kemaksiatan dan dosa. Sedangkan orang yang banyak dosa hatinya menjadi kotor, hitam dan tertutup. Hati yang tertutup akan tumpul tidak peka terhadap perasaan dan kebenaran, sehingga menyebabkan jauh dari Allah SWT. Orang yang berbuat dosa juga disebabkan kebodohan dan tidak mau menggunakan akal sehatnya. Orang yang tidak menggunakan akal sehatnya mudah sekali melakukan kesalahan dan dosa. Dengan demikian jelaslah hubungan antara nafsu, akal dan
hati dalam kehidupan ini. Satu sama lain serupa dan saling terkait. Maka orang yang beruntung adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya dengan akal yang sehat dan hati yang jernih. Sedangkan nafsu yang terkendali akan memancar ke angota badan sehingga membuahkan prilaku akhlakul karimah.

E.       Perilaku Orang Yang Memiliki Nafsu, Akal Dan Qalbu
Dengan memahami ajaran Islam mengenai nafsu. Akal dan hati, maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut:
1.         Dalam kehidupan sehari hari hendaknya tidak menuruti kesenangan nafsu, sebab kesenangan nafsu selalu berakhir penyesalan bahkan kehancuran, sekalipun kadang berwujud kebaikan.
2.         Selalu mengasah kecerdasan, menggunakan akal untuk mempertimbangkan semua hal yang akan kita lakukan. Pertimbangkan untung ruginya, baik buruknya, dan dampak maslahah madlorotnya.
3.         Setiap hari hendaknya ada tambahan ilmu yang masuk dalam akal kita terutama ilmu agama, yaitu ilmu yang berkaitan dengan aturan Allah dalam setiap yang akan kita lakukan. Kemudian memastikan apa yang kita laukan tidak keluar dari aturan Allah tersebut.
4.         Hendaknya mengasah ketajaman perasaan, dan kepekaan hati agar hati nurani kita berfunfsi dengan baik. Yaitu hati bisa mengendalikan pikiran dan nafsu dalam setiap tindakan.



BAB III
KESIMPULAN




Secara istilah nafsu, adalah lahīfah/ sesuatu yang lembut pada diri seseorang yang mnimbulkan keinginan seseorang atau dorongan-dorongan hati yang kuat untuk memuaskan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Tingkatan nafsu ada 3 yaitu ammarah, lawwamah dan muthmainnah.
menurut Istilah akal adalah sesuatu yang halus (laifah) yang mempunyai daya kemampun untuk memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Akal dengan demikian memiliki fungsi kognisi, yaitu untuk memperhatikan, memikirkan, menjelaskan, mempertimbangkan semua fenomena yang ditangkap oleh panca indra sehingga dapat berpendapat, berimajinasi, menilai dan sebagainya.
hati atau qolbu ialah merupakan sesuatu yg halus, rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan terkait dengan hati jasmani (ditubuh kita).
Kedudukan antara hati dengan anggota badan ibarat seperti raja dengan rakyatnya. Akal ibarat menterinya, dan nafsu polisinya/ tentara. Jika polisi bertindak tidak mengikuti perintah raja dan pertimbangan menteri maka akan melahirkan perbuatan melenceng dari semestinya, dan semena-mena. 





DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment