Friday, April 17, 2020

Akidah Akhlak : Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modern



DAFTAR ISI





KATA PENGANTAR        
DAFTAR ISI            
BAB I PENDAHULUAN   
A.        Latar Belakang      
B.         Rumusan     
C.        Tujuan Penulisan   
BAB II PEMBAHASAN     
A.        Pengertian Tasawuf           
B.         Bertasawuf dalam Dunia Modern
C.        Disorientasi Manusia Modern       
D.        Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
BAB III KESIMPULAN     
DAFTAR PUSTAKA         




BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang
Pada dasarnya masyarakat menginginkan perubahan dari keadaaan tertentu  ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan makmur. Namun sering kali  banyak orang terjebak ke dalam kemajuan-kemajuan tersebut, sehingga orang pun kehilangan jati diri dan terlantarnya kebutuhan spiritual sehingga mereka tidak tahu posisi dan hubungannya dengan pencipta alam ini. Maka keberadaan tasawuf sebagai refleksi pendekatan diri kepada sang pencipta semakin dibutuhkan dalam masayarakat modern seperti yang sekarang ini.
Pandangan dunia sekuler yang hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan menyingkirkan manusia modern dari segala aspek spiritualitas, yang imbasnya pada mereka sendiri yakni mereka hidup secara terisolir dari dunia-dunia lain yang sifatnya non-fisik, yang diyakini keberadaannya oleh para sufi. Dari sini kita sebenarnya sudah bisa berfikir dengan melihat keadaan yang ada sekarang ini, yang kebanyakan orang-orang saat ini sudah terlampau jauh meninggalkan bahkan menjauh dari pemikiran para sufi tersebut, dan cenderung menuruti hawa nafsu dan memuaskannya.
B.       Rumusan Masalah
Dari beberapa ungkapan-ungkapan yang tertera diatas, maka timbul beberapa pertanyaan yang antara lain adalah sebagai berikut:
1.         Apa arti bertasawuf dalam dunia modern?
2.         Apakah disorientasi manusia modern disebabkan oleh krisis spiritual?
3.         Bagaimana penerapan konsep tasawuf dalam dunia modern?
C.      Tujuan
1.         Mengetahui arti bertasawuf dalam dunia modern
2.         Mengetahui rientasi manusia modern disebabkan oleh krisis spiritual
3.         Mengetahui an konsep tasawuf dalam dunia modern


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengertian Tasawuf
Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan hati sesuci mungkin dengan usaha mendekatkan diri kepada Allah, sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Ibnu Khaldun pernah menyatakan bahwa tasawuf para sahabat bukanlah pola ketasawufan yang menghendaki kasyful-hijab (tersingkapnya tabir antara Tuhan dengan makhluk) atau hal-hal sejenisnya yang diburu oleh para sufi di masa sesudahnya. Corak sufisme yang mereka tunjukkan adalah ittiba’ dan iqtida’ (kesetiaan meneladani) perilaku hidup Nabi. Beliau mengajarkan tentang ketakwaan, qana’ah, keutamaan akhlak dan juga keadilan, dan tidak pernah mengajarkan hidup kerahiban, pertapaan atau uzlah sebagai mana dilakukan oleh agama sebelumnya.
1.         Secara Etimologi (Bahasa)
a)        Tasawuf berasal dari kata Shuffah, yaitu sebutan bagi orang – orang yang hidup di sebuah gubuk yang dibangun oleh Rasulullah SAW. di sekitar Masjid Madinah, mereka ikut nabi saat hijrah dari Mekah ke Madinah. Mereka hijrah dengan meninggalkan harta benda, mereka hidup miskin, mereka bertawakal (berserah diri) dan mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Mereka tinggal di sekitar masjid nabi dan tidur diatas bangku yang terbuat dari batu dan berbantalkan pelana kuda yang disebut suffah. Mereka Ahlus-Suffah walaupun miskin, tapi berhati dan berakhlak mulia, ini merupakan sebagian dari sifat-sifat kaum sufi.
b)        Tasawuf juga berasal dari kata Shafa’ (suci bersih), yaitu sekelompok orang yang berusaha menyucikan hati dan jiwanya karena Allah. Sufi berarti orang – orang yang hati dan jiwanya suci bersih dan disinari cahaya hikmah, tauhid, dan hatinya terus bersatu dengan Allah SWT.
c)        Tasawuf juga berasal dari kata shuf (pakaian dari bulu domba atau wol). Mereka di sebut sufi karena memakai kain yang terbuat dari bulu domba. Pakaian yang menjadi ciri khas kaum sufi, bulu domba atau wol saat itu bukanlah wol lembut seperti sekarang melainkan wol yang sangat kasar, itulah lambang dari kesederhanaan. Berbeda dengan orang-orang kaya saat itu yang kebanyakan memakai kain sutra.
2.         Secara Teminologi (isthilah)
Imam Junaidi al-Baghdadi berpendapat : “Tasawuf adalah membersihkan hati dari yang selain Allah, berjuang memadamkan semua ajakan yang berasal dari hawa nafsu, mementingkan kehidupan yang lebih kekal, menyebarkan nasihat kepada umat manusia, dan mengikuti contoh Rasulullah SAW dalam segala hal.
Dari segi bahasa dan istilah, kita dapat memahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan umat manusia dan selalu bersikap bijak sana. Dengan cara ini akan mudah bagi manusia menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia, ber-taqarrub dan ber-musyahadah dengan Allah SWT.
B.       Bertasawuf dalam Dunia Modern
Bertasawuf adalah upaya melatih jiwa dan mental dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT, dengan kata lain, tasawuf adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
Bertasawuf bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukan sebab selama ini masyarakat menganggap ilmu tasawuf hanya dipakai oleh orang-orang pilihan. Masyarakat menganggap tasawuf tidak berguna untuk kehidupannya, karena tasawuf yang mereka artikan adalah menjahui dunia untuk mendekatkan diri dengan tuhan, padahal dunia memang dibutuhkan oleh orang yang bertasawuf sebagai jembatan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
 Di dalam kehidupan masayarakat modern, terutama masyarakat perkotaan saat ini, bertasawuf sebenarnya diperlukan oleh mereka, hanya saja mereka menganggap tasawuf tidak penting dalam hidupnya.
Pentingnya tasawuf dalam kehidupan masayarakat adalah sebagai penyeimbang kehidupan karena berdasarkan realita yang ada, kehidupan masyarakat perkotaan sudah diwarnai oleh bermacam-macam perilaku yang diakibatkan oleh penyalahgunaan kemajuan teknologi dan kesibukan aktifitas. Yang imbasnya bisa kita lihat langsung dalam kehidupan nyata karena bertasawuf dianggap tidak perlu sebab tidak memberikan keuntungan dalam kehidupan mereka yang kebanyakan bersifat materialistik, hanya memikirkan kesenangan duniawi dan yang menjadi pertimbangannya hanya apakah hal tersebut memberikan keuntungan atau tidak baginya, dan sebaliknya.
Saat ini kita berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat modern, atau sering pula disebut sebagai masyarakat yang sekuler. Pada umumnya hubungan antara anggota masyarakat tersebut berdasar atas prinsip-prinsip materialistik. Mereka merasa bebas dan lepas dari kontrol agama dan pandangan dunia metafisis. Dalam masyarakat modern yang cenderung rasionalis, sekuler, dan materialis ternyata tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya.
Berkaitan dengan keadaan tersebut, Sayyid Hosein Nasr menilai bahwa akibat masyarakat modern yang mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri. Masyarakat yang demikian merupakan masyarakat yang telah kehilangan visi keilahian. Hal ini menimbulkan kehampaan spiritual, yang berakibat banyak dijumpai orang yang stress dan gelisah, akibat tidak mempunyai pegangan hidup.
C.      Disorientasi Manusia Modern
Krisis spiritual yang telah banyak diungkapkan sebelumnya pada gilirannya telah menimbulkan apa yang disebut dengan “disorientasi” pada manusia modern. Ketika kita mengatakan “orientasi”, ini tentu mengandung arti “memberi arah”, dan dengan demikian orientasi tidak bisa tidak, kecuali mengandaikan adanya arah dan tujuan. Tidak mungkin kita bisa mengorientasi diri kita, kecuali kita telah mengetahui tujuan, ke arah mana kita akan berjalan. Kata “disorientasi” yang merupakan negasi dari orientasi, karena itu akan terjadi ketika kita tidak tahu lagi arah, mau kemana kita pergi, bahkan juga dari mana kita berasal. Maka jika kita coba kaitkan dengan keadaan yang dialami kebanyakan orang-orang modern, yang hanya membatasi dirinya pada dunia fisik, maka mereka tidak akan dapat mengorientasikan diri mereka sendiri dengan benar, dan hanya akan berputar-putar tanpa arah di dunia yang senantiasa berubah dan akan musnah kelak ini.
Kondisi yang selanjutnya akan muncul antara lain adalah adanya perasaan terasing/teralienasi baik dari diri sendiri, alam sekitar, dan Tuhan pencipta alam. Sulit nampaknya bagi manusia modern untuk mengenal diri mereka yang sejati. Ketika manusia hanya mementingkan aspek dari dirinya, padahal menurut para sufi, mereka itu mempunyai aspek/dimensi spiritual, maka kegoncangan dan ketidakstabilan jiwanya tidak sulit untuk dibayangkan. Mungkin lebih jelasnya bisa kita contohkan pada diri kita sendiri, kita umpamakan diri kita ini sebagai manusia modern dengan kriteria negatif seperti yang telah diungkapkan di atas, dalam hal thaharah/ bersuci, kalau dalam agama islam sendiri kan sudah dijelaskan mengenai batasan-batasan dalam thaharah. Tetapi kalau melihat kebanyakan dari manusia modern itu malah cenderung hanya membersihkan tubuh mereka semata, dan lupa untuk membersihkan kotoran-kotoran jiwa mereka, maka tak sulit untuk menjawab mengapa orang-orang modern banyak mengalami goncangan dan penyakit jiwa. Maka stres dan penyakit hati, iri, dengki, hipertensi pun telah menjadi penyakit yang sangat umum diderita manusia modern.
D.      Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Seseorang bisa dikatakan bertasawuf jika mengetahui langkah-langkah menjadi seorang sufi, tentu sebagian besar anggapan orang-orang modern mengatakan sulit dalam hal penerapan / aplikasinya dalam kehidupan sehari-harinya. Berikut akan coba kami uraikan beberapa aplikasi tasawuf yang setidaknya bisa kita jadikan sebagai langkah awal / kiat mengenal diri kita ini untuk kebaikan hidup ke depannya, tentunya juga  berdasar dengan sumber referensi yang ada. Yakni sebagai berikut:
1.         Zuhud
Secara bahasa adalah bertapa di dunia, adapun secara istilah yaitu bersedia untuk melakukan ibadah, dengan berupaya semaksimal mingkin menjahui urusan duniawi dan hanya mengharapkan kerihdoan Allah SWT. Dan zuhud dalam aplikasinya dalam kehidupan ini ternyata mampu melahirkan suatu maqam dan cara hidup yang kebanyakan oleh ahli tasawuf dikatakan sebagai sesuatu yang telah dicapai setelah maqam taubah, karena orang yang benar-benar zuhud pastinya telah meninggalkan symbol-symbol duniawi dengan pandangan hidup di dunia tak lebih hanya sebatas permainan, mampir ngombe, canda gurau dan sebagai ladang beribadah.
Pengertian zuhud secara lebih luas, zuhud sebenarnya bukan meninggalkan kehidupan dunia secara keseluruhan, melainkan tetap mencari penghidupan duniawi, akan tetapi hanya sebatas untuk memenuhi keperluan hidup ala kadarnya, mereka bekerja dengan niat untuk menafkahi keluarga, yang merupakan kewajiban seorang suami atas anak dan istrinya, dan itu semua hanya untuk mencari ridlo-Nya, agar kelak besok lepas dari pertanggung jawaban di akhirat. Dengan kata lain, zuhud merupakan upaya penyeimbangan kehidupan akhirat dan dunia.
Dalam Al-Qur’an sendiri juga telah menyinggung konsep dalam aplikasi zuhud, coba perhatikan QS. Al-An’am (6):32 berikut.
 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-maindan sendau gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa; tidakkah kamu memahaminya?”
Diperkuat juga dengan sabda Nabi pada matan hadits berikut:
اَلزَّهَادَةُ فِى الدُّنْيَا تُرِيْحُ اْلقَلْبَ وَالْبَدَنَ , وَالرُّغْبَةُ فِى الدَّنْيَا تُكْثِرُ اْلهَمَّ وَالْحَزْنَ .
“Berzuhud di dunia, menyamankan hati dan badan, sedangkan kegemaran akan dunia, memperbanyak kesedihan dan kegundahan.”
Selain itu terdapat perintah untuk berzuhud pula dalam matan hadist nabi:
اِزْهَدْ لِلّهِ فِى الدُّنْيَا يُحْبِبْكَ اللهُ.
“Berzuhudlah di dunia wahai hamba Allah, niscaya Allah akan mencintaimu.”
Pengertian zuhud secara lebih luas, zuhud sebenarnya bukan meninggalkan kehidupan dunia secara keseluruhan, melainkan tetap mencari penghidupan duniawi, akan tetapi hanya sebatas untuk memenuhi keperluan hidup ala kadarnya, mereka bekerja dengan niat untuk menafkahi keluarga, yang merupakan kewajiban seorang suami atas anak dan istrinya, dan itu semua hanya untuk mencari ridlo-Nya, agar kelak besok lepas dari pertanggung jawaban di akhirat. Dengan kata lain, zuhud merupakan upaya penyeimbangan kehidupan akhirat dan dunia.
2.         Tawakkal
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat. Seperti yang terdapat dalam QS. Ath-Thalaq (65) : 3 yang berbunyi:
“Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya”
Beliau Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
لَوْتَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُوْا خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.
“ Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah SWT, dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia memberi kamu rizki seperti Dia memberinya kepada kawanan burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.
Jadi pada dasarnya inti dari aplikasi kita yang kedua ini adalah kesadaran hati bahwa segala sesuatu berada di tangan Allah SWT, yang bermanfaat ataupun yang bermudharat, yang menyenangkan maupun menyusahkan. Mewujudkan tawakkal bukan berarti meniadakan usaha (ikhtiyar), karena Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk berusaha sekaligus bertawakkal, yakni berusaha dengan seluruh anggota badaan dan bertawakkal dengan hati merupakan perwujudan iman kepada Allah.
3.         Ikhlas
Ikhlas menurut KH. Ahmad Rifa’i didefinisikan sebagai berikut: ikhlas secara bahasa adalah bersih, sedangkan menurut istilah adlah membersihkan hati agar ia menuju kepada Allah semata dalam melaksanakan ibadah, dan hati tidak boleh menuju selain kepada Allah.  Maka dapat kita tarik persepsi bahwa ikhlas sendiri inilah yang menunjukkan kesucian hati untuk menuju hanya kepada Allah, karena apa, karena Allah tidak menerima ibadah seorang hamba kecuali dengan niat ikhlas karena Allah semata dan perbuatan itu haruslah sah dan benar menurut syari’ah islam.
Dalam Al-Qur’an telah disebutkan beberapa dalil tentang anjuran ikhlas, yang antara lain adalah QS. Al-An’am (6):162-163.
 “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163: Tiada sekutu bagiNya:dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
4.         Qona’ah dan Sabar
Qona’ah diartikan sebagai kepuasan jiwa seberapa pun rezeki yang dimilikinya, sedikit maupun banyak, diterima dengan penuh rasa syukur. Dengan demikian sikap Qona’ah itu bisa terwujud dengan cara menemukan kecukupan di dalam apa yang dimiliki dan tidak menginginkan apa yang tidak dimilikinya tersebut.
Di dalam QS. Al-Baqarah (2): 172 menyebutkan bahwa
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah.”
Kemudian yang selanjutnya adalah Sabar, yang diartikan sebagaiketeguhan hati dalam menghadapi kesulitan hidup. Dalam perjalanan hidup, senang dan susah datang silih berganti. Seperti dalam QS. Al-Baqarah (2):155
 “Dan sesungguhnya akan kami berikan percobaan yang sedikit kepada kamu, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah2han. Kemudian sampaikanlah kabar  gembira bagi orang-orang yang sabar.”


BAB III
PENUTUP




A.      Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang sedikit banyak telah disampaikan diatas, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
d)        Bertasawuf adalah upaya melatih jiwa dan mental dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT, dengan kata lain, tasawuf adalah kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
e)         Disorientasi manusia modern disebabkan oleh krisis spiritual yang diakibatkan oleh manusianya itu sendiri karena beberapa faktor, teknologi, budaya, faktor fisik dan lainnya. Yang selanjutnya akan muncul antara lain adalah adanya perasaan terasing / teralienasi baik dari diri sendiri, alam sekitar dan tuhan pencipta Alam.
f)         Aplikasi tasawuf dalam kehidupan yang serba modern yang berhasil kami angkat dalam tema pada pertemuan kali ini adalah terdiri dari 4 aplikasi, yakni dimulai dari Zuhud, Tawakkal, Ikhlas, serta Qona’ah dan Sabar.
B.       Saran-saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan, kekurangan serta keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya. Terima kasih atas partisipasinya, tanpa mengurangi rasa hormat kami sampaikan banyak Terima Kasih. Wassalamu ‘Alaikum.Wr.Wb









DAFTAR PUSTAKA



Mulyadhi Kartanegara. Menyelami Lubuk Tasawuf. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2006. hlm. 265
Sayyid Abdullah. Thariqah Menuju Kebahagiaan. Penerbit Mizan. Bandung. 1998. hlm. 258-259

No comments:

Post a Comment