POTENSI SDA DAN BUDAYA
PROVINSI SUMATERA BARAT
A.
Potensi Sumber Daya Alam
1.
Hutan
Hutan yang ada di kepulauan Mentawai sangat
berpotensi untuk diolah secara optimum dengan dilandasi sifat kehati-hatian agar kelestariannya
terjaga untuk masa yang akan datang. Di lain pihak, potensi daerah pegunungan
jika dimanfaatkan secara hati-hati, mempunyai potensi yang luar biasa Sumber
daya alam di daerah pegunungan menyimpan kekayaan hayati hutan tropis yang
sangat besar. Ketersediaan plasma nutfah asli daerah tropis belum terungkap
sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan asli dan kandungan
esensial yang ada mungkin dapat digunakan sebagai bahan pengobatan, bahan baku
industri dan lain-lain. Kawasan pegunungan juga berpotensi untuk dijadikan daerah
tujuan wisata alam asalkan pembukaan dan pengelolaannya dikerjakan dengan
rencana yang baik. Daerah pegunungan tujuan wisata alam seperti di kabupaten
Tanah Datar, Agam, Solok, dan kota Padang Panjang.
2.
Sumber daya laut
Potensi perikanan dan kelautan Sumatera
Barat sangat besar tapi produksi ikan laut masih 35% yang terexploitasi.
Potensi perikanan dan kelautan Sumatera Barat sangat besar tapi produksi ikan
laut masih 35% yang terexploitasi. Potensi - potensi SDA di daerah pesisir yang
dapat dimanfaatkan antara lain:
-
Estuaria (daerah pantai pertemuan
antara air laut dan air tawar) ; berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan
(fishing grounds) yang baik.
-
Hutan mangrove (ekosistem yang
tingkat kesuburannya lebih tinggi dari Estuaria ) ; untuk mendukung kelangsungan
hidup biota laut.
-
Padang Lamun (tumbuhan berbunga yang
beradaptasi pada kehidupan di lingkungan bahari) ; sebagai habitat utama ikan
duyung, bulubabi, penyu hijau, ikan baronang, kakatua dan teripang.
-
Terumbu Karang (ekosistim yang
tersusun dari beberapa jenis karang batu tempat hidupnya beraneka ragam biota
perairan).
-
Pantai Berpasir (tempat kehideupan
moluska) ; memiliki nilai pariwisata terutama pasir puith
3.
Batu Bara
Barang tambang yang diusahakan
dengan skala besar hanyalah batubara. Selama periode 2005 produksi batubara
mencapai 787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri 787,4 ribu ton dan
sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh
pendapatan Rp. 299,06 miliar.
Sawah Lunto pernah menjadi tulang
punggung perekonomian Sumatera Barat dengan spesifikasi Batu Bara. Kondisi
topografi Sawah Lunto yang terdiri dari perbukitan yang terjal mendukung untuk
dikembangkannya areal pertambangan Batu Bara. Dari seluruh penggunaan tanah di
Sawah Lunto, sebenarnya arela pertambangan hanya memanfaatkan sebesar 3.25%,
dan terluas adalah penggunaan untuk pertanian. Namun, dengan real yang sedikit
tersebut mampu memiliki cadangan yang siap diproduksi sebesar 53.176 juta Ton
Batu bara, yang dihasilkan dari empat blok pertambangan, telah melampaui
kebutuhan domestik Sumatera Barat sendiri yang berkisar pada angka 1.3 juta
ton/tahun
B.
Budaya Provinsi Sumatera Barat
1.
Suku Bangsa dan Bahasa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan
suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku
Batak dan suku Mandailing. Kedatangan mereka ke Sumatera Barat terutama pada
masa Perang Paderi. Di beberapa daerah transmigrasi, seperti di Sitiung, Lunang
Silaut, dan Padang Gelugur, terdapat pula suku Jawa. Di Kepulauan Mentawai yang
mayoritas penduduknya beretnis Mentawai, jarang dijumpai masyarakat
Minangkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota besar, seperti Padang,
Bukittinggi, dan Payakumbuh. Di Padang dan Pariaman, juga terdapat masyarakat
Nias dan Tamil dalam jumlah kecil.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian di Sumatra
Barat ialah Bahasa
Minangkabau yang memiliki beberapa
dialek,
seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman,
dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh.
Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatra Utara,
juga dituturkan Bahasa Batak dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan
Mentawai banyak digunakan Bahasa Mentawai.
Bahasa Tamil
dituturkan oleh orang Tamil di Padang.
2.
Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat dinamakan
Rumah Gadang. Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah untuk tempat tinggal. Rumah
tersebut dapat dikenali dari tonjolan atapnya yang mencuat ke atas yang
bermakna menjurus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tonjolan itu dinamakan gojoang
yang banyaknya sekitar 4-7 buah. Rumah Gadang mempunyai 2-3 lumbung padi
antara lain Si Bayo-bayo yang artinya persedian padi bagi keluarga dari
rantau. Si Tinjau Lauik, padinya untuk diberikan kepada yang tidak mampu
dan Si Tangguang Litak, padinya khusus bagi yang punya rumah.
3.
Pakaian Adat
a.
Limpapeh Rumah Nan Gadang (Bundo
Kanduang)
Limpapeh Rumah Nan Gadang atau
sering disebut pakaian Bundo Kanduang. Makna pakaian adat Minangkabau ini
merupakan lambang kebesaran bagi para istri. Pakaian tersebut merupakan simbol
dari pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga.
Limpapeh memiliki arti tiang tengah
dari bangunan rumah adat Minangkabau.Pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh
Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda dari setiap sub suku dan hampir
sama mirip dengan baju adat Minangkabau anak. beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian-pakaian tersebut.
Perlengkapan yang dimaksud adalah tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie,
lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa
aksesoris yang lain.
b.
Baju Penghulu
Pakaian adat Sumatera Barat untuk pria bernama
pakaian penghulu. Pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang
tertentu saja, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa
oleh hukum adat yang berlaku. Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan
yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris,
dan tungkek.
4.
Tari-tarian Daerah Sumatera Barat
a.
Tari Adat Pasambahan Minang
Tarian tradisional ini dilakukan khusus sebagai
suatu acara penyambutan kepada tamu yang penting yang berasal dari jauh. Contoh
situasi lainnya dimana tari dilakukan adalah ketika pengantin pria datang ke
rumah pengantin wanita.Keunikan dari tarian tradisional pasambahan adalah alat
yang digunakan dalam tariannya. Alat beranama Carano adalah alat yang terbuat
dari tembaga yang dibentuk menyerepuai sebuah mangkuk. Carano akan menampung
berbagai macam sesajian.
b.
Tari Adat Piring
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut
dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang
berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Pada awalnya, tari ini
merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa
setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan
membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring
sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.
c.
Tari Adat Baralek Gadang
Tari ini menceritakan kehidupan masyarakat Minang
yang diawali dengan kehidupan sehari hari mulai dari rumah turun kesawah
bertanam padi, memanen dan menumbuk padi sampai makan bajamba. Tarian baralek
gadang umumnya diadakan untuk menyambut atau merayakan suatu momentum penting
dalam kehidupan Masyarakat Minang, bisa pernikahan atau hal lainnya.
5.
Senjata Tradisional
a.
Kerambit (Kurambiak)
Kerambit adalah pisau genggam kecil berbentuk
melengkung. Kerambit merupakan jenis senjata asli Meningkabau, Sumatera Barat.
Kerambit tersebut senjata khas yang sangat berbahaya.Kerambit berasal dari
Minangkabau, lalu kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang
lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan
lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar
harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu.
b.
Kelewang
Kelewang berbentuk sejenis golok yang saat ini
umumnya dipakai untuk kegiatan pertanian. Pada jaman dahulu, senjata ini
dipakai sebagai senjata utama oleh prajurit kerajaan saat perang Padri
berkecamuk pada awal abad ke-19. Senjata ini masih sering digunakan hingga
sekarang karena multi guna dan bentuknya yang unik.
c.
Ruduih
Ruduih adalah senjata yang mirip seperti kelewang.
Senjata ini berbentuk mirip pedang dengan satu sisi bilah yang tajam. Kalau
pada kelewang sisi bilah yang tajam umumnya lurus, maka pada Ruduih sisi
tajamnya cenderung cembung ke dalam.
6.
Alat Musik
a.
Bansi
Bansi adalah alat musik tradisional yang dimainkan
dengan cara ditiup dan memiliki bentuk tabung silinder layaknya suling.
Terdapat perbedaan antara bansi dari Sumatera Barat dengan bansi yang berasal
dari Aceh yang terletak pada ukuranya yang lebih kecil.
b.
Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas yang
berasal dari tanah Minang, Sumatera Barat. Saluang merupakan alat musik tiup
menyerupai suling, namun hanya memiliki 4 lubang saja sebagai pengatur nada
yang menghasilkan nada-nada diatonis.
c.
Pupuik Tanduak
Pupuik Tanduak berasal dari kata “pupuik” yang
berarti peluit dan “tanduak” yang berarti tanduk.Pupuik tanduak merupakan alat
musik tradisional yang bukan berfungsi sebagai pengiring tari atau nyanyian
tradisional. Karena memiliki nada tunggal, jadi alat musik ini digunakan
sebagai penanda shalat maghrib, isya, dan shubuh atau sebagai tanda adanya
pengumuman dari pemuka kampung.
Artikel Terkait :
No comments:
Post a Comment