Tuesday, February 11, 2020

PROFIL PROVINSI SUMATERA BARAT : POTENSI SDA DAN BUDAYA SUMATERA BARAT



POTENSI SDA DAN BUDAYA
PROVINSI SUMATERA BARAT


A.      Potensi Sumber Daya Alam
1.         Hutan
Hutan yang ada di kepulauan Mentawai sangat berpotensi untuk diolah secara optimum dengan dilandasi sifat kehati-hatian agar kelestariannya terjaga untuk masa yang akan datang. Di lain pihak, potensi daerah pegunungan jika dimanfaatkan secara hati-hati, mempunyai potensi yang luar biasa Sumber daya alam di daerah pegunungan menyimpan kekayaan hayati hutan tropis yang sangat besar. Ketersediaan plasma nutfah asli daerah tropis belum terungkap sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan asli dan kandungan esensial yang ada mungkin dapat digunakan sebagai bahan pengobatan, bahan baku industri dan lain-lain. Kawasan pegunungan juga berpotensi untuk dijadikan daerah tujuan wisata alam asalkan pembukaan dan pengelolaannya dikerjakan dengan rencana yang baik. Daerah pegunungan tujuan wisata alam seperti di kabupaten Tanah Datar, Agam, Solok, dan kota Padang Panjang.
2.         Sumber daya laut
Potensi perikanan dan kelautan Sumatera Barat sangat besar tapi produksi ikan laut masih 35% yang terexploitasi. Potensi perikanan dan kelautan Sumatera Barat sangat besar tapi produksi ikan laut masih 35% yang terexploitasi. Potensi - potensi SDA di daerah pesisir yang dapat dimanfaatkan antara lain:
-          Estuaria (daerah pantai pertemuan antara air laut dan air tawar) ; berpotensi sebagai daerah penangkapan ikan (fishing grounds) yang baik.
-          Hutan mangrove (ekosistem yang tingkat kesuburannya lebih tinggi dari Estuaria ) ; untuk mendukung kelangsungan hidup biota laut.
-          Padang Lamun (tumbuhan berbunga yang beradaptasi pada kehidupan di lingkungan bahari) ; sebagai habitat utama ikan duyung, bulubabi, penyu hijau, ikan baronang, kakatua dan teripang.
-          Terumbu Karang (ekosistim yang tersusun dari beberapa jenis karang batu tempat hidupnya beraneka ragam biota perairan).
-          Pantai Berpasir (tempat kehideupan moluska) ; memiliki nilai pariwisata terutama pasir puith
3.         Batu Bara
Barang tambang yang diusahakan dengan skala besar hanyalah batubara. Selama periode 2005 produksi batubara mencapai 787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri 787,4 ribu ton dan sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh pendapatan Rp. 299,06 miliar.
Sawah Lunto pernah menjadi tulang punggung perekonomian Sumatera Barat dengan spesifikasi Batu Bara. Kondisi topografi Sawah Lunto yang terdiri dari perbukitan yang terjal mendukung untuk dikembangkannya areal pertambangan Batu Bara. Dari seluruh penggunaan tanah di Sawah Lunto, sebenarnya arela pertambangan hanya memanfaatkan sebesar 3.25%, dan terluas adalah penggunaan untuk pertanian. Namun, dengan real yang sedikit tersebut mampu memiliki cadangan yang siap diproduksi sebesar 53.176 juta Ton Batu bara, yang dihasilkan dari empat blok pertambangan, telah melampaui kebutuhan domestik Sumatera Barat sendiri yang berkisar pada angka 1.3 juta ton/tahun
B.       Budaya Provinsi Sumatera Barat
1.         Suku Bangsa dan Bahasa
 Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain etnis Minang, juga berdiam suku Batak dan suku Mandailing. Kedatangan mereka ke Sumatera Barat terutama pada masa Perang Paderi. Di beberapa daerah transmigrasi, seperti di Sitiung, Lunang Silaut, dan Padang Gelugur, terdapat pula suku Jawa. Di Kepulauan Mentawai yang mayoritas penduduknya beretnis Mentawai, jarang dijumpai masyarakat Minangkabau. Etnis Tionghoa hanya terdapat di kota-kota besar, seperti Padang, Bukittinggi, dan Payakumbuh. Di Padang dan Pariaman, juga terdapat masyarakat Nias dan Tamil dalam jumlah kecil.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian di Sumatra Barat ialah Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman dan Pasaman Barat yang berbatasan dengan Sumatra Utara, juga dituturkan Bahasa Batak dialek Mandailing. Sementara itu di daerah kepulauan Mentawai banyak digunakan Bahasa Mentawai. Bahasa Tamil dituturkan oleh orang Tamil di Padang.
2.         Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat dinamakan Rumah Gadang. Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah untuk tempat tinggal. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjolan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tonjolan itu dinamakan gojoang yang banyaknya sekitar 4-7 buah. Rumah Gadang mempunyai 2-3 lumbung padi antara lain Si Bayo-bayo yang artinya persedian padi bagi keluarga dari rantau. Si Tinjau Lauik, padinya untuk diberikan kepada yang tidak mampu dan Si Tangguang Litak, padinya khusus bagi yang punya rumah.
 3.         Pakaian Adat
a.        Limpapeh Rumah Nan Gadang (Bundo Kanduang)          
Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering disebut pakaian Bundo Kanduang. Makna pakaian adat Minangkabau ini merupakan lambang kebesaran bagi para istri. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga.
Limpapeh memiliki arti tiang tengah dari bangunan rumah adat Minangkabau.Pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda dari setiap sub suku dan hampir sama mirip dengan baju adat Minangkabau anak. beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian-pakaian tersebut. Perlengkapan yang dimaksud adalah tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris yang lain.
b.        Baju Penghulu
Pakaian adat Sumatera Barat untuk pria bernama pakaian penghulu. Pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu saja, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat yang berlaku. Pakaian ini terdiri atas beberapa perlengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
4.         Tari-tarian Daerah Sumatera Barat
a.      Tari Adat Pasambahan Minang
Tarian tradisional ini dilakukan khusus sebagai suatu acara penyambutan kepada tamu yang penting yang berasal dari jauh. Contoh situasi lainnya dimana tari dilakukan adalah ketika pengantin pria datang ke rumah pengantin wanita.Keunikan dari tarian tradisional pasambahan adalah alat yang digunakan dalam tariannya. Alat beranama Carano adalah alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk menyerepuai sebuah mangkuk. Carano akan menampung berbagai macam sesajian.
b.      Tari Adat Piring
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.

c.       Tari Adat Baralek Gadang
Tari ini menceritakan kehidupan masyarakat Minang yang diawali dengan kehidupan sehari hari mulai dari rumah turun kesawah bertanam padi, memanen dan menumbuk padi sampai makan bajamba. Tarian baralek gadang umumnya diadakan untuk menyambut atau merayakan suatu momentum penting dalam kehidupan Masyarakat Minang, bisa pernikahan atau hal lainnya.

5.         Senjata Tradisional
a.        Kerambit (Kurambiak)
Kerambit adalah pisau genggam kecil berbentuk melengkung. Kerambit merupakan jenis senjata asli Meningkabau, Sumatera Barat. Kerambit tersebut senjata khas yang sangat berbahaya.Kerambit berasal dari Minangkabau, lalu kemudian dibawa oleh para perantau Minangkabau berabad yang lalu dan menyebar ke berbagai wilayah, seperti Jawa, Semenanjung Melayu dan lain-lain. Menurut cerita rakyat, bentuk kerambit terinspirasi oleh cakar harimau yang memang banyak berkeliaran di hutan Sumatera pada masa itu.
 b.        Kelewang
Kelewang berbentuk sejenis golok yang saat ini umumnya dipakai untuk kegiatan pertanian. Pada jaman dahulu, senjata ini dipakai sebagai senjata utama oleh prajurit kerajaan saat perang Padri berkecamuk pada awal abad ke-19. Senjata ini masih sering digunakan hingga sekarang karena multi guna dan bentuknya yang unik.
 c.         Ruduih
Ruduih adalah senjata yang mirip seperti kelewang. Senjata ini berbentuk mirip pedang dengan satu sisi bilah yang tajam. Kalau pada kelewang sisi bilah yang tajam umumnya lurus, maka pada Ruduih sisi tajamnya cenderung cembung ke dalam.
6.         Alat Musik
a.        Bansi
Bansi adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup dan memiliki bentuk tabung silinder layaknya suling. Terdapat perbedaan antara bansi dari Sumatera Barat dengan bansi yang berasal dari Aceh yang terletak pada ukuranya yang lebih kecil.
b.        Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional khas yang berasal dari tanah Minang, Sumatera Barat. Saluang merupakan alat musik tiup menyerupai suling, namun hanya memiliki 4 lubang saja sebagai pengatur nada yang menghasilkan nada-nada diatonis.
c.         Pupuik Tanduak
Pupuik Tanduak berasal dari kata “pupuik” yang berarti peluit dan “tanduak” yang berarti tanduk.Pupuik tanduak merupakan alat musik tradisional yang bukan berfungsi sebagai pengiring tari atau nyanyian tradisional. Karena memiliki nada tunggal, jadi alat musik ini digunakan sebagai penanda shalat maghrib, isya, dan shubuh atau sebagai tanda adanya pengumuman dari pemuka kampung.


Artikel Terkait :


 


No comments:

Post a Comment