Tuesday, February 11, 2020

PROFIL PROVINSI NTT : POTENSI SDA DAN BUDAYA



POTENSI SDA DAN BUDAYA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


A.      Potensi Sumber Daya Alam
1.         Kehutanan
Luas hutan adalah 1.808.990 hektar atau setara 30,34% luas daratan merupakan dampak deforestasi dimana eksploitasi hasil hutan dalam bentuk kayu berpacu terlalu cepat dibandingkan upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan. Ekploitasi hasil hutan kayu, arang dan pohon mencapai 86.620,77 meter kubik, hasil hutan non kayu, kulit dan daun mencapai 29.777.185 ton, dan hasil perburuan (madu) 23.604 liter.
2.         Potensi Laut
Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki laut yang luasnya mencapai 200.000 km2 atau kurang lebih empat kali luas daratan yang hanya mencapai sekitar 47.000 Km2. Potensi sumber daya perikanan dan kelautan ini dipandang sebagai suatu kekuatan ekonomi sehingga menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan daerah lima tahun mendatang.
NTT memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat beragam jenisnya. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan ikan. Diketahui potensi lestari (Maximum Sustainable Yield/MSY)  sebesar 388,7 ton/tahun (Widodo, dkk, 2001dalam DKP, 2009) dengan Jumlah tangkapan Yang Diperbolehkan (JTB) sebesar 292.800 tontahun.  komoditas unggulan yang dimiliki terdiri atas ikan pelagis baik pelagis besar maupun pelagis kecil seperti tuna, cakalang, tenggiri, layang, selar, dan kembung, sedangkan ikan demersal seperti kerapu, ekor kuning, kakap, bambangan, dan lain-lain, serta (3)  komoditi  non ikan seperti lobster, cumi-cumi, kerang darah, dan lain-lain

B.       Potensi Sosial Budaya/Adat Istiadat
1.         Bahasa
Povinsi Nusa Tenggara Timur kaya akan bahasa, jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur seperti di bawah ini:
a.         Bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu, Tetun, Bural digunakan oleh masyarakat Timor, Rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
b.        Bahasa Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola, Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu Kaileso digunakan oleh masyarakat Alor dan pulau-pulau disekitarnya.
c.         Bahasa melayu, Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo, Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, Komodo digunakan oleh masyarakat Flores dan pulau-pulau disekitarnya.
d.        Bahasa Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi digunkan oleh masyarakat Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya.
2.         Rumah Adat
a.        Mbaru Niang
Mbaru Niang adalah rumah adat yang memiliki 5 tingkat yang ada di Desa Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. Keunikan rumah adat ini karena bentuknya yang tak biasa, yaitu mengerucut di bagian atap hingga hampir menyentuh tanah. Biasanya, atap Mbaru Niang terbuat dari daun lontar yang sudah kering. Tingkat satu merupakan tingkat yang langsung kita temui didalam rumah atau biasa disebut dengan nama lutur atau tenda. Tingkat satu biasa digunakan sebagai tempat tinggal. Naik ke lantai dua adalah ruangan untuk menyimpan bahan makanan dan barang. Lantai ini biasa disebut dengan nama lobo.
b.        Sao Ria Tenda Bewa Moni
Selain Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur masih memiliki rumah adat lain yang tak kalah unik, Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara namanya. Rumah ini cukup unik karena memiliki atap ilalang kering dan hampir mencapai tanah.
Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara terdapat di Desa Koanara, Kelimutu, NTT. Rumah adat ini cukup unik dan menarik perhatian karena atapnya yang khas. Atap rumah adat ini terbuat dari ilalang dan mencapai tanah.
3.         Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur
Pakaian adat yang dipakai kaum pria di NTT berupa topi dengan bentuk yang khas, baju jas tutup, selempang kain tenun dan bersarung kain tenun. Sebilah golok terselip didepan perut. Perhiasan yang dipakai berupa kalung dan pending.
Sedangkan wanitanya memakai hiasan kepala berbentuk bulan sabit, kain tenun yang menyelempang di bahu dan kain tenun yang menutup bagian dada hingga kaki.perhiasan yang dipakai adalah subang, kalung, pending, dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan pakaian adat Rote.
 4.         Senjata Tradisional
a.        Sundu
Senjata yang umumnya dipakai oleh penduduk NTT adalah Sundu atau Sudu, semacam keris. Penduduk menganggapnya sebagai senjata tikam yang keramat. Senjata lainnya adalah Saweo, Pisau, Kampak, Parang, dan Senapan Tumbuk.
b.        Kabeala (Parang Pinggang)
Senjata sejenis parang berasal dari pulau Sumba dengan variasi ukuran panjang 48, 50,5; 53 dan 58,5 Cm. Parang yang selalu di pinggang pria dewasa menjadi pemandangan luas di Sumba, mulai dari pedesaan hingga kota. Membawa parang belum tentu berhubungan dengan kebutuhan kerja.fungsi parang bisa diketahui melalui gagangnyaKalau gagangnya dari kayu, hampir dipastikan sebagai parang kerja. Jika parangnya bergagang tanduk hewan, apalagi dari gading, dipastikan sebagai aksesori atau pelengkap busana adat pria Sumba.
 5.         Tari tarian Daerah Nusa Tenggara Timur
a.        Tari kataga
Tari kataga adalah tarian khas NTT yang merupakan jenis tarian perang Sumba Barat, NTT. Tarian umumnya dipertunjukan oleh penari pria memakai kostum adat lengkap dengan senjata seperti perisai dan pedang. Tarian ini memiliki nilai filosofi, seni dan juga historis.
Tarian dari NTT ini umumnya dilakukan 8 orang atau lebih penari pria dengan menggunakan pakaian adat khas Sumba yang terbagi menjadi 2 kelompok untuk menggambarkan 2 kubu yang saling berperang dengan iringan musik cepat sehingga penari akan menari sambil mengeluarkan suara khas.
b.        Tari lego lego
Tari lego lego berasal dari Pulau Alor yang sudah diwariskan secara turun temurun dan masih ada hingga sekarang. Tarian dipertunjukan ketika upacara adat atau sesudah kegiatan bersama sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan juga rasa gembira. Ungkapan syukur tersebut akan terlihat dalam gerakan mengelilingi Mesbah sambil bergandengan dan menyanyikan lagu pujian pada Tuhan. Mesbah merupakan sebuah benda sakral untuk masyarakat Pulau Alor.
6.         Alat musik Tradisional
a.        Edang / Ti / Harabili
Edang / Ti / Harabili adalah alat musik jenis harpa mulut, terbuat dari belahan bambu yang tipis, alat musik ini terbuat dari kayu, dengan ukuran panjang 20,5 cm dan lebar 2 cm. . Bagian tengah belahan terdapat lidah sebagai sumber bunyi. Pangkal lidah dipasang tali yang berfungsi untuk menggetarkan bagian lidah apabila ditarik ke arah kanan. Edang biasa dimainkan oleh para petani saat waktu senggang ketika di sawah.
b.        Foy Doa
Foy Doa ini merupakan alat musik jenis tiup seperti seruling. Alat musik ini juga dibuat dari bambu dengan beberapa lubang di bagian atasnya. Bedanya dengan seruling biasa adalah Foy Doa dianggap seruling ganda karena terdiri dari dua seruling atau lebih yang diikat sejajar menjadi satu.
Dahulu alat musik ini merupakan alat musik sindiran yang biasa dimainkan pada pagi hari. Tujuannya, untuk membangunkan makhluk hidup dari tidur. Ketika salah satu rumah membunyikan foi doa, maka akan menyindir rumah-rumah lain, yang penghuninya masih terlelap. Sindiran tersebut bermaksud baik, untuk berlomba bangun di pagi hari.
Sindiran atau dalam bahasa Bajawa menyebut papa neke berupa lagu yang dialunkan melalui bunyi foi doa, sesuai selera. Yang paling penting foi doa dibunyikan.
7.         Makanan Khas
a.        Jagung Bose
Jagung Bose NTT adalahn makanan pokok masyarakat pulau Timor NTT sebagai pengganti nasi. Karena makanan pokok, sangat mudah menemukan masakan ini di rumah-rumah warga.
Bose artinya dilunakkan, maka jagung bose adalah jagung yang dilunakkan.
Jagung yang digunakan adalah jagung putih, yang dimasak dengan dicampur kacang merah dan direbus dengan santan sampai jadi bubur.
Pada saat disajikan, biasanya jagung bose dipadukan dengan lauk seperti tuna goreng, tahu bumbu, tumis paria, atau sambal lu’at.
                b.   Manggulu
Manggulu adalah makanan rasanya manis dan bentuknya mirip dodol. Makanan ini berasal dari Sumba Timur. Bahan dasar pembuatannya adalah buah pisang yang dikeringkan bersama kacang tanah. Manggulu dibungkus menggunakan daun pisang kering. Masyarakat setempat percaya daun pisang kering tersebut memiliki nilai pengawet.
Jaman dulu manggulu adalah makanan favoritnya para prajurit Belanda. Karena bentuknya yang kecil dan rasanya yang manis, para prajurit tersebut selalu membawa makanan ini kemana-mana untuk penahan rasa lapar.



Artikel Terkait :

No comments:

Post a Comment