Friday, February 7, 2020

PROFIL JAWA BARAT : POTENSI SDA DAN BUDAYA JAWA BARAT


POTENSI SDA DAN BUDAYA JAWA BARAT

A.      Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Jawa Barat
1.         Hutan
Hutan di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan lindung seluas 228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha (4,63%). Pemerintah juga menaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10 kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas 32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.
Dari hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³ kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³. Sampai 2006, luas hutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m³. Jawa Barat juga menghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai aneka usaha kehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar, kayu putih, rotan, bambu, dan sarang burung walet.
2.         Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk pada zaman primer, sekunder, dan tersier yang berbentuk endapan pada suatu wilayah yang cekung, rawa atau lautan dangkal. Endapan tersebut terbentuk dari mikroplankton yang mati kemudian bercampur dengan lumpur disebut Sapropelium. Proses selanjutnya adalah terjadinya destilasi yaitu sapropelium yang terbentuk karena tekanan dari lapisan- lapisan atasnya sertapengaruh aktivitas magma maka membentuk minyak bumi kasar. Minyak bumi kasar yang telah melalui pembusukan oleh organisme dan tersebar di antara pori-pori lempung keluar melalui butir-butir pasir di dekatnya membentuk lapisan minyak bumi. Minyak bumi Indonesia tersebar di Cepu (Jawa Tengah), Cirebon (Jawa Barat), Kutai, Tarakan (Kalimantan Timur), dan Sorong (Papua).
3.         Batu Bara
Potensi kandungan batu bara daerah jawa barat hanya sedikit yaitu di daerah Tasik Malaya
B.       Potensi Budaya
1.         Suku Bangsa dan bahasa
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, di tuturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Jawa dialek Tegal. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti Bekasi, Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan Bahasa Indonesia dialek Betawi. Akibat urbanisasi, penduduk di daerah sekitar Jakarta terdiri dari berbagai etnis di Indonesia, termasuk Suku Jawa, Suku Batak, dan Suku Minang.
2.         Rumah Adat
a)        Rumah tradisional pada umumnya berbentuk panggung dengan  tinggi kolong kira-kira 60 Cm dari permukaan tanah. Bahan yang digunakan dalam membangun rumah tradisional adalah kerangka bangunan dibuat dari kayu, dinding terbuat dari bilik atap terbuat dari sirap atau injuk, lantai terbuat dari palupuh (bambu yang dilebarkan). Bagian kolong rumah biasa digunakan untuk beternak ayam atau menyimpan barang.
b)        Di lihat dari bentuk atapat dari bentuk atap :
·           Julang Ngapak
·           Suhunan Jolopong
·           Tagog Anjing
·           Badak Heuay
·           Parahu Kumureb dan
·           Capit Gunting

3.         Tarian dan pertunjukan rakyat
a)        Tari Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon merupakan tarian tradisional yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tarian ini diyakini masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan Cirebon. Disebut Tari Topeng karena para penarinya menggunakan Topeng saat beraksi. Pada pertunjukan Tari Topeng Cirebon ini,
Penarinya disebut sebagai Dalang. Hal ini disebabkan karena pada pertunjukan Tari Topeng biasanya penari menggunakan beberapa topeng yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari Tari Topeng menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan
 b)       Tari Merak
Tari merak dari Jawa Barat ini diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang oleh Irawati Durban pada tahun 1965.
Dinamakan tari merak karena tarian ini menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari tarian tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak. Tari merak ini adalahimplentasi dari kehidupan burung merak , dan menceritakan tentang kehidupan burung merak itu sendiri . Utamanya tingkah merak jantan ketika ingin memikat merak betina .Gerakan merak jantan yang memamerkan keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar jelas dalam Tari Merak
 c)        Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat Sunda, Karawang, Jawa Barat, yang sangat populer di Indonesia.
Tari Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari Ketuk Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat Gugum Gumbira. Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini banyak ditampilkan baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah Jawa Barat

4.         Pakaian adat dan senjata tradisional
a)   Pakaian Tradisional
1)      Pakaian Rakyat Biasa
-         Pria   : celana komprang/pangsi, baju kampret atau salontreng (baju kurung), iketlohen, dan sandal tarumpah.
-         Wanita : sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, dan sendaljepit/sendal keteplek

2)      Pakaian Kaum Menengah
-         Pria       : baju bedahan putih, kain kebat batik, sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah, arloji sebagai pelengkap.
-         Wanita : kain kebat batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka warna, selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis.giwang, kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari emas atau perak

3)      Pakaian Bangsawan /Menak
-         Pria  : Jas tutup warna hitam, Kain kebat batik motif rereng, Tutupkepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain), Sabuk, Jam rantai sebagai hiasan baju, Alas kaki sepatu hitam atau selop
-         Wanita : kebaya beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher, kain kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas atau manik-manik. Sebagai pelengkap, tusuk konde emas dan perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros

4)      Pakaian Adat Pengantin
-          Pakaian Pengantin Adat Sunda Untuk keperluan upacara adat perkawinan, para pengantin adat Sunda akan mengenakan pakaian khusus yang dinamai pakaian Pengantin Sukapura. Pakaian ini untuk mempelai pria berupa jas tutup berwarna putih yang dilengkapi ikat pinggang warna putih, kain rereng sebagai bawahan, tutup kepala bendo motif rereng pula, dan selop berwarna putih. Untuk hiasannya, kalung panjang dari bunga melati dan keris atau kujang sebagai senjata tradisionalnya.
Sementara untuk mempelai wanita, atasannya berupa kebaya brukat warna putih, bawahan berupa kain rereng eneng, benten atau ikat pinggang warna emas, dan alas kaki selop warna putih. Adapun hiasannya berupa perhiasan kilat bahu, kalung panjang, gelang, bros, giwang, dan cincin, serta sanggulan rambut yang dilengkapi hiasan siger subadra lima untaian bunga sedap malam (mangle), dan tujuh buah kembang goyang.

b)   Senjata Tradisional
v Kujang       
Kujang adalah senjata tradisional Jawa Barat yang memiliki keunikan tersendiri dari senjata tradisional Indonesia lainnya dengan memiliki panjang sekitar 20 sampai 25 cm. Kujang terbuat dari bahan baja, besi dan pamor/baja putih.
Kujang dibuat pertamakali kurang lebih pada abad 8 dan 9, tetapi juga ada beberapa pendapat dari beberapa pihak yang menyatakan bahwa kujang telah dipakai sebelum abad 8 dan 9. Karena mereka melihat berdasarkan teoritis dari bentuk kujang tersebut.
Senjata tradisional kujang melambangkan ketajaman dan daya kritis dalam suatu kehidupan, serta melambangkan kekuatan dan keberanian dalam melindungi hak dan kebenaran. Kujang menjadi ciri khas masayrakat Jawa Barat selain sebagai senjata, juga alat pertanian, perlambangan, hiasan, dan bahkan cinderamata.
v Bedog)
Bedog adalah senjata tradisional Jawa Barat berupa pisau besar atau biasa disebut golok yang berfungsi sebagai alat berkebun, memotong, membelah kayu, menebang pohon, menyembelih hewan, dan memotong daging hewan.
v Baliung)
Beliung adalah senjata tajam yang digunakan untuk menebang pohon besar sehingga menjadikanny salah satu peralatan perkakas untuk membangun rumah. Namun di daerah lain beliung terkenal dengan sebutan kapak atau patik

5.         Alat musik tradisional

v Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag, Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel, Angklung Sri-Murni.
v Celempung
Celempung adalah sebuah waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan seperti kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur irama lagu. Bentuk penyajian waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'. Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
v Karinding
Karinding merupakan salah satu alat musik getar (mouth harp) tradisional Sunda yang terbuat dari bambu atau pelepah aren.
Cara Memainkan - Karinding disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karinding biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).








Artikel Terkait :

 

No comments:

Post a Comment