POTENSI
SDA DAN BUDAYA JAWA BARAT
A.
Potensi
Sumber Daya Alam (SDA) Jawa Barat
1.
Hutan
Hutan
di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas
provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan
lindung seluas 228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha
(4,63%). Pemerintah juga menaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang
mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10 kabupaten yang mempunyai pantai. Selain
itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas 32.313,59 ha yang dikelola oleh
Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.
Dari
hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³
kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³.
Sampai 2006, luas hutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar
893.851,75 m³. Jawa Barat juga menghasilkan hasil hutan non kayu cukup
potensial dikembangkan sebagai aneka usaha kehutanan, antara lain sutera alat
jamur, pinus, gerah damar, kayu putih, rotan, bambu, dan sarang burung walet.
2.
Minyak
Bumi
Minyak bumi terbentuk pada zaman
primer, sekunder, dan tersier yang berbentuk endapan pada suatu wilayah yang
cekung, rawa atau lautan dangkal. Endapan tersebut terbentuk dari mikroplankton
yang mati kemudian bercampur dengan lumpur disebut Sapropelium. Proses
selanjutnya adalah terjadinya destilasi yaitu sapropelium yang
terbentuk karena tekanan dari lapisan- lapisan atasnya sertapengaruh aktivitas
magma maka membentuk minyak bumi kasar. Minyak bumi kasar yang telah melalui pembusukan oleh organisme dan tersebar di antara pori-pori
lempung keluar melalui butir-butir pasir di dekatnya membentuk lapisan minyak
bumi. Minyak bumi Indonesia tersebar di Cepu (Jawa Tengah), Cirebon (Jawa Barat), Kutai, Tarakan
(Kalimantan Timur), dan Sorong (Papua).
3.
Batu
Bara
Potensi
kandungan
batu bara daerah jawa barat hanya sedikit yaitu di daerah Tasik Malaya
B.
Potensi
Budaya
1.
Suku
Bangsa dan bahasa
Sebagian
besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa
Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, di tuturkan bahasa Jawa dialek
Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Jawa dialek Tegal. Di daerah perbatasan
dengan DKI Jakarta seperti Bekasi, Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara
dituturkan Bahasa Indonesia dialek Betawi. Akibat urbanisasi, penduduk di
daerah sekitar Jakarta terdiri dari berbagai etnis di Indonesia, termasuk Suku
Jawa, Suku Batak, dan Suku Minang.
2.
Rumah
Adat
a)
Rumah tradisional pada umumnya berbentuk panggung dengan tinggi kolong kira-kira 60 Cm dari permukaan
tanah. Bahan yang digunakan dalam membangun rumah tradisional adalah kerangka
bangunan dibuat dari kayu, dinding terbuat dari bilik atap terbuat dari sirap
atau injuk, lantai terbuat dari palupuh (bambu yang dilebarkan). Bagian kolong
rumah biasa digunakan untuk beternak ayam atau menyimpan barang.
b)
Di
lihat dari bentuk atapat dari bentuk atap
:
·
Julang Ngapak
·
Suhunan Jolopong
·
Tagog Anjing
·
Badak Heuay
·
Parahu Kumureb dan
·
Capit Gunting
3.
Tarian
dan pertunjukan rakyat
a)
Tari
Topeng Cirebon
Tari Topeng Cirebon merupakan tarian
tradisional yang sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tarian ini diyakini
masyarakat Cirebon telah ada sejak kesultanan Cirebon. Disebut Tari Topeng
karena para penarinya menggunakan Topeng saat beraksi. Pada pertunjukan Tari
Topeng Cirebon ini,
Penarinya disebut sebagai Dalang. Hal
ini disebabkan karena pada pertunjukan Tari Topeng biasanya penari menggunakan
beberapa topeng yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pada umumnya penari
Tari Topeng menggunakan 3 topeng yang digunakan secara simultan. Diawali dengan
topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Setiap
perganian warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras
sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan
b) Tari Merak
Tari merak dari Jawa Barat ini
diciptakan oleh seorang tokoh seni Raden Tjetjep Somantri
pada tahun 1950. Namun dalam perjalanan waktu dan sejarah Tari Merak ini
mengalami beberapa kali revisi diantaranya Tari Merak yang telah dibuat ulang
oleh Irawati Durban pada tahun 1965.
Dinamakan tari merak karena tarian ini
menggambarkan kecantikan dan keindahan burung merak. Para penari tarian
tradisional ini menggunakan kostum yang juga mirip dengan bulu burung merak.
Tari merak ini adalahimplentasi dari kehidupan burung merak , dan menceritakan
tentang kehidupan burung merak itu sendiri . Utamanya tingkah
merak jantan ketika ingin memikat merak betina .Gerakan merak jantan yang
memamerkan keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina
tergambar jelas dalam Tari Merak
c)
Tari
Jaipong
Jaipongan
adalah sebuah jenis tari pergaulan tradisional masyarakat
Sunda, Karawang, Jawa Barat, yang
sangat populer di Indonesia.
Tari
Jaipong adalah tari tradisional dari Jawa Barat yang dasarnya adalah tari Ketuk
Tilu. Tari Jaipong merupakan buah kreativitas seniman Jawa Barat Gugum Gumbira.
Pada awal perkembangannya tari jaipong juga disebut ketuk tilu. Karya Jaipongan
pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser
Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari
putri dan tari berpasangan (putra dan putri).
Saat
ini tari jaipong sudah menjadi ikon tarian di Jawa Barat. Tarian ini banyak ditampilkan
baik pada acara perhelatan yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah Jawa Barat
4.
Pakaian
adat dan senjata tradisional
a)
Pakaian
Tradisional
1) Pakaian Rakyat Biasa
-
Pria : celana komprang/pangsi, baju kampret atau salontreng (baju kurung), iketlohen, dan sandal tarumpah.
-
Wanita : sinjang kebat (kain batik
panjang), beubeur atau angkin (ikat pinggang), kutang
(kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai pelengkap, dan sendaljepit/sendal
keteplek
2) Pakaian Kaum Menengah
-
Pria : baju bedahan putih, kain
kebat batik, sabuk dan ikat kepala, alas kaki sandal tarumpah, arloji sebagai
pelengkap.
-
Wanita : kain kebat batik
beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka warna, selendang
berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis.giwang, kalung, gelang dan
cincin yang terbuat dari emas atau perak
3)
Pakaian Bangsawan /Menak
-
Pria : Jas tutup warna hitam, Kain
kebat batik motif rereng, Tutupkepala/bendo motif rereng (sama dengan motif
kain), Sabuk, Jam rantai sebagai hiasan baju, Alas kaki sepatu hitam atau selop
-
Wanita : kebaya beludru hitam
dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya hingga leher, kain
kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas
atau manik-manik. Sebagai pelengkap, tusuk konde emas dan perhiasan giwang,
gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai, bros
4) Pakaian
Adat Pengantin
-
Pakaian
Pengantin Adat Sunda Untuk keperluan upacara adat perkawinan, para pengantin
adat Sunda akan mengenakan pakaian khusus yang dinamai pakaian Pengantin
Sukapura. Pakaian ini untuk mempelai pria berupa jas tutup berwarna putih yang
dilengkapi ikat pinggang warna putih, kain rereng sebagai bawahan, tutup kepala
bendo motif rereng pula, dan selop berwarna putih. Untuk hiasannya, kalung
panjang dari bunga melati dan keris atau kujang sebagai senjata tradisionalnya.
Sementara
untuk mempelai wanita, atasannya berupa kebaya brukat warna putih, bawahan
berupa kain rereng eneng, benten atau ikat pinggang warna emas, dan alas kaki
selop warna putih. Adapun hiasannya berupa perhiasan kilat bahu, kalung
panjang, gelang, bros, giwang, dan cincin, serta sanggulan rambut yang
dilengkapi hiasan siger subadra lima untaian bunga sedap malam (mangle), dan
tujuh buah kembang goyang.
b)
Senjata
Tradisional
v Kujang
Kujang adalah senjata tradisional Jawa
Barat yang memiliki keunikan tersendiri dari senjata tradisional Indonesia
lainnya dengan memiliki panjang sekitar 20 sampai 25 cm. Kujang terbuat dari
bahan baja, besi dan pamor/baja putih.
Kujang dibuat pertamakali kurang lebih
pada abad 8 dan 9, tetapi juga ada beberapa pendapat dari beberapa pihak yang
menyatakan bahwa kujang telah dipakai sebelum abad 8 dan 9. Karena mereka
melihat berdasarkan teoritis dari bentuk kujang tersebut.
Senjata tradisional kujang melambangkan
ketajaman dan daya kritis dalam suatu kehidupan, serta melambangkan kekuatan
dan keberanian dalam melindungi hak dan kebenaran. Kujang menjadi ciri khas
masayrakat Jawa Barat selain sebagai senjata, juga alat pertanian,
perlambangan, hiasan, dan bahkan cinderamata.
v Bedog)
Bedog adalah senjata tradisional Jawa
Barat berupa pisau besar atau biasa disebut golok yang berfungsi sebagai alat
berkebun, memotong, membelah kayu, menebang pohon, menyembelih hewan, dan
memotong daging hewan.
v Baliung)
Beliung adalah senjata tajam yang
digunakan untuk menebang pohon besar sehingga menjadikanny salah satu peralatan
perkakas untuk membangun rumah. Namun di daerah lain beliung terkenal dengan
sebutan kapak atau patik
5.
Alat
musik tradisional
v Angklung
Angklung adalah alat musik
multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat
Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu)
sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4
nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Angklung
terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Angklung Banyuwangi,
Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag, Angklung Badeng, Buncis,
Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel, Angklung Sri-Murni.
v Celempung
Celempung adalah sebuah
waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat pukul ini terbuat dari bambu,
dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan
seperti kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur irama lagu. Bentuk penyajian
waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'. Pertunjukan dilengkapi waditra
kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
v Karinding
Karinding merupakan salah
satu alat musik getar (mouth harp) tradisional Sunda yang terbuat dari bambu
atau pelepah aren.
Cara Memainkan - Karinding
disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara.
Karinding biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang
diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya
karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).
Artikel Terkait :
No comments:
Post a Comment