BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penemuan - penemuan fosil di dunia
banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan
wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok di huni manusia kala itu.
Penemuan –penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang
ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang pernah
hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia
banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba. Oleh karena itu dalam makalah
ini akan dijelaskan perkembangan manusia purba dari mulai bagaimana
menemukannya,cirri-ciri dari manusia purba dan tempat ditemukanya,sampai
evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul hingga menjadi manusia sekarang
ini.
Dilihat dari hasil penemuan di
Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan
manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus
berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk
mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang
ditemuakan di Indonesia. Penemuan –penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya.
Hal ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan
seperti Homo Moernman. Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya
agar isi makalah ini dapat dipercaya kebenaranya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
Pengertian Manusia Purba?
2.
Apa saja
Jenis-Jenis Manusia
Purba di Indonesia?
3.
Apa saja
Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia?
4.
Bagaimana
Manusia Prasejarah di Indonesia?
5.
Bagaimana Manusia Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan
Eropa?
6.
Bagaimana
Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia
Dalam Segi Budaya ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Apa
Pengertian Manusia Purba?
2.
Apa saja
Jenis-Jenis Manusia
Purba di Indonesia?
3.
Apa saja
Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia?
4.
Bagaimana
Manusia Prasejarah di Indonesia?
5.
Bagaimana Manusia Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan
Eropa?
6.
Bagaimana
Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia
Dalam Segi Budaya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manusia Purba
Manusia purba adalah manusia yang hidup
di zaman pra sejarah, dimana pada zaman tersebut manusia-manusia belum mengenal
tulisan. Banyak sekali temuan-temuan manusia pra sejarah yang ditemukan oleh
para ahli. Mereka mengadakan penelitian-penelitian dan juga penggalian di
tempat-tempat yang menjadi tempat tinggal manusia purba itu sendiri. Manusia
purba tersebar di dunia, baik itu di Indonesia, daratan Cina, Eropa, dan Asia.
Penggalian yang dilakukan oleh para
ahli tentunya menghasilkan penemuan-penemuan penting yang berguna bagi ilmu
pengetahuan. Para ahli tidak hanya menemukan kerangka-kerangka manusia, tetapi
juga menemukan fosil hewan, tumbuhan, alat-alat kuno, dan lain-lain. Dari
penemuan-penemuan inilah para ahli dapat mengidentifikasi jenis dari manusia
purba yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri serta usia mereka dengan melihat
lapisan bumi di tenpat ditemukan fosil-fosil tersebut.
B.
Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia
1.
Pithecanthropus
Ciri-Ciri Pithecanthropus
-
Mempunyai
hidung lebar dan tidak berdagu
-
Mempunyai
rahang yang kuat dan geraham yang besar
-
Memakan
tumbuhan dan daging hewan buruan
-
Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
-
Volume
otak berkisar antara 750-1350 cc
-
Berbadan
tegap, namun tidak setegap Meganthropus
-
Memiliki
tinggi tubuh antara 165-180 cm
a)
Pithecanthropus
Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus ditemukan di desa
Trinil lembah bengawan solo oleh E. Dubois (1890). Fosil yang ditemukan berupa
tulang rahang atas, tengkorak dan tulang kaki.
b)
Pithecanthropus
Mojokertensis
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di
Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koeningswald pada tahun 1936. Fosil yang
ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak. Pithecanthropus
Mojokertensis disebut juga dengan Pithecanthropus Robustus.
c)
Pithecanthropus
Soloensis
Manusia purba jenis Pithecanthropus Soloensis ditemukan di Ngandong dan
Sangiran antara tahun 1931-1933 oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth. Fosil
yang ditemukan berupa tengkorah dan juga tulang kering
2.
Meganthropus
Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus
-
Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang
besar dan kuat
-
Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai
kera
-
Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang
mencolok.
-
Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
-
Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan
a)
Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis Meganthropus
paleojavanicus ditemukan di Sangiran Jawa Tengah pada tahun 1914 oleh
Van Koenigswald. Fosil yang ditemukan berupa beberapa bagian tengkorak, rahang
bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas.
3.
Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah
jenis manusia purba yang berumur paling muda, fosil manusia purba jenis ini
diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang
sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah
merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo
merupakan manusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri
ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo
soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ciri-Ciri Homo Sapiens (Homo)
-
Bentuk tubuh hampir sama dengan bentuk tubuh
manusia pada zaman sekarang
-
Memiliki kehidupan sederhana
-
Banyak meninggalkan benda-benda budaya
a)
Homo Soloensis
Manusia purba jenis Homo soloensis
ditemukan oleh Von Koeningswald dan Weidenrich antara tahun
1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa
tulang tengkorak.
b)
Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis
ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang
ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang
leher.
c)
Homo Florensis
Manusia purba jenis Homo Florensis
ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari
Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England,
Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter,
ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil)
dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini
diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Homo Sapiens, diduga
merupaka nenek moyang bangsa Indonesia yg berasal dari
yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan Indonesia tahun
1500 SM.
C.
Jenis-Jenis
Manusia Purba di Dunia
1.
Sinanthropus
Pekinensis
Fosil ini ditemukan
oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua-gua dekat Chou- Kou- Tien.
Dari temuan fosil tersebut menunjukkan adanya persamaan dengan Pithecanthropus
Erectus
2.
Homo
Africanus (Homo Rhodesiensis)
Ditemukan oleh
Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia
(Zimbabwe).
3.
Australopithecus
Africanus
Ditemukan oleh
Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika selatan.
4.
Homo
Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr.
Schoetensack di desa Maurer dekat kota Heidelberg (Jerman).
5.
Homo
Neanderthalensis
Ditemukan oleh
Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf,
Jerman tahun 1956. Ciri manusia purba ini mendekati ciri homo wajakensis.
6.
Homo
Cro Magnon (Ras Cro-Magnon)
Ditemukan oleh
Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Prancis tahun
1868.
D.
Manusia Prasejarah di Indonesia
Jenis manusia purba yang ditemukan di
Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia
purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan
mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba
di Indonesia tersebar di beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian
tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu
antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich.
Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
1.
Pithecanthropus erectus (Manusia kera yang
berjalan tegak)
Jenis manusia ini ditemukan oleh
seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat
Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun).
Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos =
kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan
tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak.
Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena
volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc.
Kemudian kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi,
jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern.
Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau
pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
2.
Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia kera dari
Mojo)
Pada 1936, von Koenigswald di
daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anak-anak yang diperkirakan belum
melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan anak Pithecantropus
Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
3.
Pithecanthropus Soloensis(Manusia kera dari Solo)
Sebelum menemukan Meganthropus
palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von Koenigswald juga berhasil menemukan
tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus
erectus temuan Dubois. Fosil tersebut kemudian diberi namaPithecanthropus
soloensis berarti manusia kera dari Solo yang ditemukan di
Sambungmacan dan Sangiran.
4.
Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dari
zaman Batu di Jawa)
Pada tahun 1941, von Koeningwald di
daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat
dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan,
tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih
tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis
Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih
besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
5.
Homo Soloensis (Manusia dari Solo)
Hampir bersamaan dengan penemuan Meganthropus
palaeojavanicus, Von Koenigswald menemukan pula sebuah tengkorak manusia
yang memiliki volume otak lebih besar dari manusia-manusia jenis Pithecanthropus.
Struktur tengkorak manusia ini tidak mirip dengan kera. Karena itu, fosil
ini diberi nama Homo soloensis yang artinya manusia dari
Solo.
6.
Homo Wajakensis (manusia dari Wajak)
Fosil tengkorak manusia yang mirip
dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula ditemukan sebelumnya oleh seorang
penambang batu marmer bernama B.D. Vonn Rietschotten pada tahun 1889.
Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi nama Homo
wajakensis, artinya manusia dari Wajak.
7.
Homo Sapiens (Manusia Cerdas)
Homo Sapiens merupakan manusia yang
paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya manusia yang cerdas. Homo
Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk fisik yang yang hampir sama
dengan manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan oleh Von Rietschoten pada
tahun 1889, di Desa Wajak, Campur Darat, Tuluanggung, Jawa Timur.
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia
sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah mengenal tempat
tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap ikan.
Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).
E.
Manusia
Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan Eropa
1.
Manusia Prasejarah di Asia
Penemuan fosil manusia zaman prasejarah
di Asia antara lain terjadi di Peking. Namanya Homo erectus pekinensis, atau
manusia Peking (disebut juga dengan nama manusia Beijing atau Sinanthropus Pekinensis).
Ditemukan oleh Davidson Son Black dan Franz Waidenreich pada tahun 1929-1980
didalam gua Zhoukoudian (Choukoutien), dekat Beijing (Peking), Cina. Diduga
fosil ini hidup pada 250.000-400.000 tahun yang lalau, pada zaman Pleistosen.
Sinanthropus pekinensis adalah manusia
purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah Peking negara Cina oleh
Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian
dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip
serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki
volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
2.
Manusia Prasejarah di Eropa
Di benua Eropa, pada tahun 1856
diketemukan fosil manusia zaman prasejarah berupa tempurung kepala dan beberapa
tulang anggota tubuh yang diberi nama Homo Neanderthalensis, oleh Rudolph
Virchou. Tepatnya di Gua Neanderthal, dekat Dusseldorf. Diperkirakan mahluk ini
hidup pada pertengahan alhir Pleistosen, ± 500.000 sampai 50.000 yang lalu. Pada
tahun tahun 1868, ditemukan fosil Homo Cro-Magnon di gua Cro_Magnon dekat kota
Les Eyzies. Ciri fisiknya mendekati manusia masa kini, umurnya sekitar
40.000-25.000 tahun yang lalu.
3.
Manusia Prasejarah di Afrika
Ditemukan fosil Homo Rhodesiensis di
gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang Zimbabwe) pada tahun 1924 oleh Robert Brom.
Selain itu, ditemukan pula fosil Australopithecus Africanus di Taung dekat
Vryburg, Afrika Selatan pada tahun 1924 oleh Raymond Dart.
a)
Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di
sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang
ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
b)
Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis
Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika
Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan
terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil
menusia kera tersebut disebut australopithecus.
F.
Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan
Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia Dalam Segi Budaya
Manusia purba yang ditemukan di
Indonesia dengan julukan sebagai manusia modern Dalam mengetahui corak
kehidupan masyarakat Praaksara terlebih dahulu kita pasti mengenal yang
dimaksud manusia praaksara, yang kemudian berkelompok menjadi masyarakt
praaksara. Berawal dari muculnya atau adanya masyarakat praaksara tidak lepas
dari sumber makanan dan kebudayaan yang ada pada masa praaksara. Bisa
dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara bermula dari mencari makan, tinggal
dan menetap. Sehingga penggolongan kehidupan masyarakat praaksara sebagai
berikut.
1.
Pola
Tempat Tinggal
Manusia prakasara merupakan manusia
paling primitif dalam masa modern sekarang ini. Namun dari masa praaksara kita
dapat beradaptasi dan berkembang dalam berbagai hal, khususnya tempat tinggal,
atau rumah. Dalam masa praaksara tidak dapat disamakan dengan masa sekarang,
pada masa lampau manusia hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan dan
kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam makanan yang dibutuhkan untuk
hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok tanam.
Dalam buku Indonesia Dalam Arus
Sejarah, jilid I meneragkan bahwa pola hunian manusia purba pada masa itu
memperhitugkan tempat yangstrategis dengan melihat bahwa huniannya yang berupa
gua (cave) dekat dengan sumber mata air (sungai, bahkan sumber mata air) dan
bahan makanan. Prinsip hidup manusia purba pada awalnya adalah
nomaden,berpindah – pindah mencari sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber
makanan dan tempat untuk tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup.
Sehingga dapat diketahui bahwa mobilisasi manusia purba dalam kelompok kecil
pada masa itu sangatlah tinggi menjelajah dari tempat atau sumber makanan satu
ke tempat lainya yang tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun dalam perembangannya manusia
purba tiggal disuatu tempat dan mulai mengenal sistem bercocok tanam, sehingga
beralih pola kehidupan yang pada awalnya nomaden yang kemudian berubah menjadi
menetap. Pola menetap ini tepat dan tidaknya dalam memegang prinsip untuk
menetap pada sumber kehidupan atau dekat dengan sumber air. Namun jika dilihat
dan dipahami jika ingin menanam tanaman maka membutuhkan air dan tempat yang
subur, sehingga bisa dipastikan tempat tinggal masih dekat dengan sumber air.
Pola menetap ini menjadi perubahan besar yaitu terciptanya temuan alat baru
yang memudahkan kehidupan manusia purba dan hal lainnya. Sehingga gua sebagai
tempat tinggal dan sumber air sebagai sumber kehidupan.
2.
Penemuan
Alat Bantu
Dalam kehidupan manusia purba
membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada awalnya ditemukannya alat bantu
karena unsur ketidak segajaan di dalam aktifitas mereka. Dalam buku Sejarah
Nasional Indonesia I, menjelaskan bahwa alat-alat keperluan hidup dibuat
dari kayu, batu dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar
memenuhi tujuan penggunaannya. Seperti batu yang digunakan untuk berburu,
dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang. Berikut ini perkembangan
alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
a)
Kapak
Perimbas dan Alat Serpih
Kapak perimbas merupakan alat pertama
yang dibuat oleh manusia purba, dalam Sejarah Nasional Indonesia I,
bahwa manusia jenis Pithecanthropus yang diduga pencipta kapak perimbas
ini, dengan bukti ditemukannya kapak perimbas bersama fosil-fosil Pithecanthropus.
Alat batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai alat tingkat awal
budaya batu di Asia Timur. Kapak perimbas dibagi dalam beberapa jenis menurut
ciri-cirinya
-
Kapak
Perimbas
-
Kapak
Penetak
-
Pahat
Genggam
-
Kapak
Genggam Awal
Namun dalam penggolongan ciri-ciri
pokok yang sudah ditentukan berdasarkan landasan penggolongan Movius jenis
kapak perimbas dapat digolongkan lagi dalam buku Sejarah Nasional Indonesia
I:
1)
Tipe
strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk panjang menyerupai
setrika, berpenampang lintang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan
yang memanjang dan tegas.
2)
Tipe
kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas membulat dengan
permukaan atas yang cembung dan meninggi.
3)
Tipe
serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk tidak teratur dan
tampak tegap, tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk alat serpih terbuat dari
pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak perimbas yang berupa
serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi menguliti hewan
buruan yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat serpih masih kasar
dengan terbuat dari batuna krakal yang besar. Alat ini berkembang pada masa
Plestosen Tengah yang menjadi perkakas dalam kahidupan sehari-hari manusia
purba.
Kapak perimbas dan alat serpih banyak
ditemukan di Indonesia diberbagai wilayah indonesia dari daerah Indonesia
seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra sampai
Jawa. Kenapa manusia purba juga ditemukan di Indonesia karena pada masa
hidupnya manusia purba daratan Indonesia masih bersatu dengan daratan Gomal
sehingga mobilitasi dilakukan sampai ke daerah selatan yaitu Indonesia.
b)
Alat
Tulang
Untuk alat tulang ditemukan di daerah
Ngandong dengan temuan berupa alat-alat tulang yang berukuran sedang dan kecil.
ditemukan bersamaan dengan Pithecanthropus soloensis yang dibuat dari tanduk
hewan buruan. Tidak banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang ini
hanya ditemukan di solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang disebutkan diatas
mengalami perkambangan yang labih baik dari pada pembuatan awal alat tersebut.
Dimana telah terjadi proses penghalusan setelahnya yang lebih tepatnya pada
masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alat-alat lainnya yaitu beliung persegi,
kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata panah, dan alat pemukul kayu pada
masa mesolitikum atau masa bertani. Alat nekara perunggu, kapak perunggu,
bejana perunggu, patung perungu, perhiasan perunggu dibuat pada masa
perundagian.
3.
Seni
Seni Lukis merupakan sebuah asil cipta
yang ada pada zaman Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah oleh bangsa
Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan lukisan tidak bias dijelaskan dengan
tepat karena tidak ada sumber tertulis yang bias digunakan untuk menjelaskan
tetang hal tersebut (Sumarto, dkk. 2009: 13). Namun melukis yang
dilakukan manusia pada masa pra sejarah merupakan bentuk dari sebuah ekspresi
dengan penuh akan makna yang tersirat didalam bentuk lukisan tersebut.
Ditemukan lukisan telapak tangan, bentuk manusia berburu, hewan darat dan laut,
dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa manusia pada saat itu berfikir bahwa
mereka melukis dengan maksud dibalik lukisan tersebut, baik religi maupun murni
seni gambar atau lukisan tersebut ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan
Timur, Sulawesi Selatan, dan lain-lain, serta selain itu ada seni patung,
kriya dan tato.
4.
Kepercayaan
Kepercayaan manusia purba masih
berlandaskan pada apa yang dianggap sebagi hal yang sangat penting dan tidak
masuk akal. Pada mulanya tanah di percayaai sebagai unsur penting dalam
kehidupan manusia purba. Bekembang setelahnya yaitu upacara kematian yang pada
mulanya proses kematian dari seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai hal
yang basa, namun dalam masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah
kematian ada alam sebagai tempat tinggal roh. Setelah orang meninggal dilakukan
upaca penguburan yang dalam meninggalnya orang tesebut dibekali dengan bekal
kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang menjadi kepercayaan
yang semula animisme yang menganggap roh nenek moyang orang yang telah
meninggal keudian berubah menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu menmpercayai
tempat-tempat dan benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem kepercayaan ini
berkembang pada masa mesolitik dan megalitik.
Dari budaya yang dihasilkan di atas
tidak berbeda jauh dengan kebudayaan manusia purba yang di luar wilayah
Indonesia pada saat itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama
dengan batas wilayah dan persebaran manusia purba melalui daratan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Manusia purba yang ada di Indonesia adalah Pithecanthropus, Meganthropus, dan
Homo. Manusia purba yang ada di dunia adalah Sinanthropus Pekinensis, Homo Africanus (Homo Rhodesiensis),
Australopithecus Africanus,
Homo Heidelbergensis,
Homo Neanderthalensis,
dan Homo Cro Magnon (Ras
Cro-Magnon).
Ada beberapa kemiripan ciri dari manusia purba yang ditemukan di
Indonesia dan di dunia, misalnya Sinanthropus Pekinensis ada persamaan dengan Pithecanthropus
yang ditemukan di Indonesia. Manusia Purba Jenis Pithecanthropus di Indonesia usianya lebih tua dari yang ditemukan Eropa,
namun dari jenis Homo (manusia) usianya lebih muda di bandingkan di kawasan
lain.
Dalam hal tata cara
kehidupan dari pola tempat tinggal, pengunaan dan pembuatan alat bantu,
kesenian, dan religi manusia purba di seluruh dunia memiliki kesamaan.
No comments:
Post a Comment