Saturday, July 6, 2019

Perbandingan Manusia Purba Indonesia dan Dunia



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Penemuan - penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok di huni manusia kala itu. Penemuan –penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,. Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan perkembangan manusia purba dari mulai bagaimana menemukannya,cirri-ciri dari manusia purba dan tempat ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul hingga menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan. Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai fosil- fosil manusia purba yang ditemuakan di Indonesia. Penemuan –penemuan terbaru juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo Moernman. Dijelaskan pula tempat penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini dapat dipercaya kebenaranya.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa Pengertian Manusia Purba?
2.         Apa saja Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia?
3.         Apa saja Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia?
4.         Bagaimana Manusia Prasejarah di Indonesia?
5.         Bagaimana Manusia Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan Eropa?
6.         Bagaimana Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia Dalam Segi Budaya ?
C.      Tujuan Penulisan
1.         Apa Pengertian Manusia Purba?
2.         Apa saja Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia?
3.         Apa saja Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia?
4.         Bagaimana Manusia Prasejarah di Indonesia?
5.         Bagaimana Manusia Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan Eropa?
6.         Bagaimana Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia Dalam Segi Budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN



A.      Pengertian Manusia Purba
Manusia purba adalah manusia yang hidup di zaman pra sejarah, dimana pada zaman tersebut manusia-manusia belum mengenal tulisan. Banyak sekali temuan-temuan manusia pra sejarah yang ditemukan oleh para ahli. Mereka mengadakan penelitian-penelitian dan juga penggalian di tempat-tempat yang menjadi tempat tinggal manusia purba itu sendiri. Manusia purba tersebar di dunia, baik itu di Indonesia, daratan Cina, Eropa, dan Asia.
Penggalian yang dilakukan oleh para ahli tentunya menghasilkan penemuan-penemuan penting yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Para ahli tidak hanya menemukan kerangka-kerangka manusia, tetapi juga menemukan fosil hewan, tumbuhan, alat-alat kuno, dan lain-lain. Dari penemuan-penemuan inilah para ahli dapat mengidentifikasi jenis dari manusia purba yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri serta usia mereka dengan melihat lapisan bumi di tenpat ditemukan fosil-fosil tersebut.
B.       Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia
1.         Pithecanthropus
Ciri-Ciri Pithecanthropus
-          Mempunyai hidung lebar dan tidak berdagu
-          Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar
-          Memakan tumbuhan dan daging hewan buruan
-          Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
-          Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
-          Berbadan tegap, namun tidak setegap Meganthropus
-          Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm
a)        Pithecanthropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus ditemukan di desa Trinil lembah bengawan solo oleh E. Dubois (1890). Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang atas, tengkorak dan tulang kaki.
b)        Pithecanthropus Mojokertensis
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koeningswald pada tahun 1936. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak. Pithecanthropus Mojokertensis disebut juga dengan Pithecanthropus Robustus.
c)        Pithecanthropus Soloensis
Manusia purba jenis Pithecanthropus Soloensis ditemukan di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933 oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth. Fosil yang ditemukan berupa tengkorah dan juga tulang kering
2.         Meganthropus
Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus
-          Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat
-          Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera
-          Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
-          Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
-          Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan
a)        Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis Meganthropus paleojavanicus ditemukan di Sangiran Jawa Tengah pada tahun 1914 oleh Van Koenigswald. Fosil yang ditemukan berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah lepas.
3.         Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000-40.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus). Homo merupakan manusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ciri-Ciri Homo Sapiens (Homo)
-          Bentuk tubuh hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman sekarang
-          Memiliki kehidupan sederhana
-          Banyak meninggalkan benda-benda budaya
a)        Homo Soloensis
Manusia purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh Von  Koeningswald dan Weidenrich antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak.
b)        Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher.
c)        Homo Florensis
Manusia purba jenis Homo Florensis ditemukan saat penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Homo Sapiens, diduga merupaka nenek moyang bangsa Indonesia yg berasal dari yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan Indonesia tahun 1500 SM.
C.      Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia
1.         Sinanthropus Pekinensis
Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua-gua dekat Chou- Kou- Tien. Dari temuan fosil tersebut menunjukkan adanya persamaan dengan Pithecanthropus Erectus
2.         Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)
Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia (Zimbabwe).
3.         Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika selatan.
4.         Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Maurer dekat kota Heidelberg (Jerman).
5.         Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman tahun 1956. Ciri manusia purba ini mendekati ciri homo wajakensis.
6.         Homo Cro Magnon (Ras Cro-Magnon)
Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Prancis tahun 1868.
D.      Manusia Prasejarah di Indonesia
Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua, hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di be­berapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
1.             Pithecanthropus erectus (Manusia kera yang berjalan tegak)
Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Jenis manusia ini menurut para ahli kemampuan berpikirnya masih rendah karena volume otaknya 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern lebih dari 1000cc. Kemudian kalau dibandingkan dengan kera, volume otak kera tertinggi 600 cc. Jadi, jenis manusia purba ini belum mencapai taraf ukuran otak manusia modern. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
2.             Pithecanthropus Mojokertensis (Manusia kera dari Mojo)
Pada 1936, von Koenigswald di daerah Mojokerto menemukan fosil tengkorak anak-anak yang diperkirakan belum melewati usia 5 tahun. Diperkirakan fosil ini merupakan anak Pithecantropus Erectus. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis.
3.             Pithecanthropus Soloensis(Manusia kera dari Solo)
Sebelum menemukan Meganthropus palaeojavanicus, pada tahun 1931 Von Koenigswald juga berhasil menemukan tengkorak dan tulang kering yang mirip dengan Pithecanthropus erectus temuan Dubois. Fosil tersebut kemudian diberi namaPithecanthropus soloensis berarti manusia kera dari Solo yang ditemukan di Sambungmacan dan Sangiran.
4.             Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dari zaman Batu di Jawa)
Pada tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
5.             Homo Soloensis (Manusia dari Solo)
Hampir bersamaan dengan penemuan Meganthropus palaeojavanicus, Von Koenigswald menemukan pula sebuah tengkorak manusia yang memiliki volume otak lebih besar dari manusia-manusia jenis Pithecanthropus. Struktur tengkorak manusia ini tidak mirip dengan kera. Karena itu, fosil ini diberi nama Homo soloensis yang artinya manusia dari Solo.
6.             Homo Wajakensis (manusia dari Wajak)
Fosil tengkorak manusia yang mirip dengan penemuan Von Koenigswald pernah pula ditemukan sebelumnya oleh seorang penambang batu marmer bernama B.D. Vonn Rietschotten pada tahun 1889. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan diberi nama Homo wajakensis, artinya manusia dari Wajak.
7.             Homo Sapiens (Manusia Cerdas)
Homo Sapiens merupakan manusia yang paling maju dan paling cerdik. Homo Sapiens, artinya manusia yang cerdas. Homo Sapiens hidup pada masa Holosen dan memiliki bentuk fisik yang yang hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Fosil ini ditemukan oleh Von Rietschoten pada tahun 1889, di Desa Wajak, Campur Darat, Tuluanggung, Jawa Timur.
Homo Sapiens yang terdapat di Indonesia sudah ada pada zaman Mesolithikum dan mereka sudah mengenal tempat tinggal secara menetap serta mengumpulkan makanan dan menangkap ikan. Kebudayaannya disebut kebudayaan Mesolithikum yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dari Indo-Cina (Vietnam).
E.       Manusia Prasejarah Di Asia, Afrika, Dan Eropa
1.             Manusia Prasejarah di Asia
Penemuan fosil manusia zaman prasejarah di Asia antara lain terjadi di Peking. Namanya Homo erectus pekinensis, atau manusia Peking (disebut juga dengan nama manusia Beijing atau Sinanthropus Pekinensis). Ditemukan oleh Davidson Son Black dan Franz Waidenreich pada tahun 1929-1980 didalam gua Zhoukoudian (Choukoutien), dekat Beijing (Peking), Cina. Diduga fosil ini hidup pada 250.000-400.000 tahun yang lalau, pada zaman Pleistosen.
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
2.             Manusia Prasejarah di Eropa
Di benua Eropa, pada tahun 1856 diketemukan fosil manusia zaman prasejarah berupa tempurung kepala dan beberapa tulang anggota tubuh yang diberi nama Homo Neanderthalensis, oleh Rudolph Virchou. Tepatnya di Gua Neanderthal, dekat Dusseldorf. Diperkirakan mahluk ini hidup pada pertengahan alhir Pleistosen, ± 500.000 sampai 50.000 yang lalu. Pada tahun tahun 1868, ditemukan fosil Homo Cro-Magnon di gua Cro_Magnon dekat kota Les Eyzies. Ciri fisiknya mendekati manusia masa kini, umurnya sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
3.             Manusia Prasejarah di Afrika
Ditemukan fosil Homo Rhodesiensis di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang Zimbabwe) pada tahun 1924 oleh Robert Brom. Selain itu, ditemukan pula fosil Australopithecus Africanus di Taung dekat Vryburg, Afrika Selatan pada tahun 1924 oleh Raymond Dart.
a)         Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
b)        Paranthropus Robustus dan Paranthropus Transvaalensis
Dua penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil menusia kera tersebut disebut australopithecus.
F.       Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia Dalam Segi Budaya 
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dengan julukan sebagai manusia modern Dalam mengetahui corak kehidupan masyarakat Praaksara terlebih dahulu kita pasti mengenal yang dimaksud manusia praaksara, yang kemudian berkelompok menjadi masyarakt praaksara. Berawal dari muculnya atau adanya masyarakat praaksara tidak lepas dari sumber makanan dan kebudayaan yang ada pada masa praaksara. Bisa dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara bermula dari mencari makan, tinggal dan menetap. Sehingga penggolongan kehidupan masyarakat praaksara sebagai berikut.
1.             Pola Tempat Tinggal
Manusia prakasara merupakan manusia paling primitif dalam masa modern sekarang ini. Namun dari masa praaksara kita dapat beradaptasi dan berkembang dalam berbagai hal, khususnya tempat tinggal, atau rumah. Dalam masa praaksara tidak dapat disamakan dengan masa sekarang, pada masa lampau manusia hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan dan kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam makanan yang dibutuhkan untuk hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok tanam.
Dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid I meneragkan bahwa pola hunian manusia purba pada masa itu memperhitugkan tempat yangstrategis dengan melihat bahwa huniannya yang berupa gua (cave) dekat dengan sumber mata air (sungai, bahkan sumber mata air) dan bahan makanan. Prinsip hidup manusia purba pada awalnya adalah nomaden,berpindah – pindah mencari sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber makanan dan tempat untuk tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup. Sehingga dapat diketahui bahwa mobilisasi manusia purba dalam kelompok kecil pada masa itu sangatlah tinggi menjelajah dari tempat atau sumber makanan satu ke tempat lainya yang tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun dalam perembangannya manusia purba tiggal disuatu tempat dan mulai mengenal sistem bercocok tanam, sehingga beralih pola kehidupan yang pada awalnya nomaden yang kemudian berubah menjadi menetap. Pola menetap ini tepat dan tidaknya dalam memegang prinsip untuk menetap pada sumber kehidupan atau dekat dengan sumber air. Namun jika dilihat dan dipahami jika ingin menanam tanaman maka membutuhkan air dan tempat yang subur, sehingga bisa dipastikan tempat tinggal masih dekat dengan sumber air. Pola menetap ini menjadi perubahan besar yaitu terciptanya temuan alat baru yang memudahkan kehidupan manusia purba dan hal lainnya. Sehingga gua sebagai tempat tinggal dan sumber air sebagai sumber kehidupan.
2.             Penemuan Alat Bantu
Dalam kehidupan manusia purba membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada awalnya ditemukannya alat bantu karena unsur ketidak segajaan di dalam aktifitas mereka. Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I, menjelaskan bahwa alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan pembuatan yang sederhana, sekedar memenuhi  tujuan penggunaannya. Seperti batu yang digunakan untuk berburu, dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang. Berikut ini perkembangan alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
a)         Kapak Perimbas dan Alat Serpih
Kapak perimbas merupakan alat pertama yang dibuat oleh manusia purba, dalam Sejarah Nasional Indonesia I, bahwa manusia jenis Pithecanthropus yang diduga pencipta kapak perimbas ini, dengan bukti ditemukannya kapak perimbas bersama fosil-fosil Pithecanthropus. Alat batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai alat tingkat awal budaya batu di Asia Timur. Kapak perimbas dibagi dalam beberapa jenis menurut ciri-cirinya
-          Kapak Perimbas
-          Kapak Penetak
-          Pahat Genggam
-          Kapak Genggam Awal
Namun dalam penggolongan ciri-ciri pokok yang sudah ditentukan berdasarkan landasan penggolongan Movius jenis kapak perimbas dapat digolongkan lagi dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I:
1)        Tipe strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk panjang menyerupai setrika, berpenampang lintang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan yang memanjang dan tegas.
2)        Tipe kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas membulat dengan permukaan atas yang cembung dan meninggi.
3)        Tipe serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk tidak teratur dan tampak tegap, tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak perimbas yang berupa serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi menguliti hewan buruan yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat serpih masih kasar dengan terbuat dari batuna krakal yang besar. Alat ini berkembang pada masa Plestosen Tengah yang menjadi perkakas dalam kahidupan sehari-hari manusia purba.
Kapak perimbas dan alat serpih banyak ditemukan di Indonesia diberbagai wilayah indonesia dari daerah Indonesia seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra sampai Jawa. Kenapa manusia purba juga ditemukan di Indonesia karena pada masa hidupnya manusia purba daratan Indonesia masih bersatu dengan daratan Gomal sehingga mobilitasi dilakukan sampai ke daerah selatan yaitu Indonesia.
b)        Alat Tulang
Untuk alat tulang ditemukan di daerah Ngandong dengan temuan berupa alat-alat tulang yang berukuran sedang dan kecil. ditemukan bersamaan dengan Pithecanthropus soloensis yang dibuat dari tanduk hewan buruan. Tidak banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang ini hanya ditemukan di solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang disebutkan diatas mengalami perkambangan yang labih baik dari pada pembuatan awal alat tersebut. Dimana telah terjadi proses penghalusan setelahnya yang lebih tepatnya pada masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alat-alat lainnya yaitu beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata panah, dan alat pemukul kayu pada masa mesolitikum atau masa bertani. Alat nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perungu, perhiasan perunggu dibuat pada masa perundagian.
3.             Seni
Seni Lukis merupakan sebuah asil cipta yang ada pada zaman Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah oleh bangsa Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan lukisan tidak bias dijelaskan dengan tepat karena tidak ada sumber tertulis yang bias digunakan untuk menjelaskan tetang hal tersebut  (Sumarto, dkk. 2009: 13). Namun melukis yang dilakukan manusia pada masa pra sejarah merupakan bentuk dari sebuah ekspresi dengan penuh akan makna yang tersirat didalam bentuk lukisan tersebut. Ditemukan lukisan telapak tangan, bentuk manusia berburu, hewan darat dan laut, dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa manusia pada saat itu berfikir bahwa mereka melukis dengan maksud dibalik lukisan tersebut, baik religi maupun murni seni gambar atau lukisan tersebut ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan Timur, Sulawesi Selatan, dan lain-lain,  serta selain itu ada seni patung, kriya dan tato.
4.             Kepercayaan
Kepercayaan manusia purba masih berlandaskan pada apa yang dianggap sebagi hal yang sangat penting dan tidak masuk akal. Pada mulanya tanah di percayaai sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia purba. Bekembang setelahnya yaitu upacara kematian yang pada mulanya proses kematian dari seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai hal yang basa, namun dalam masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah kematian ada alam sebagai tempat tinggal roh. Setelah orang meninggal dilakukan upaca penguburan yang dalam meninggalnya orang tesebut dibekali dengan bekal kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang menjadi kepercayaan yang semula animisme yang menganggap roh nenek moyang orang yang telah meninggal keudian berubah menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu menmpercayai tempat-tempat dan benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem kepercayaan ini berkembang pada masa mesolitik dan megalitik.
Dari budaya yang dihasilkan di atas tidak berbeda jauh dengan kebudayaan manusia purba yang di luar wilayah Indonesia pada saat itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama dengan batas wilayah dan persebaran manusia purba melalui daratan.




BAB III
PENUTUP




KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Manusia purba yang ada di Indonesia adalah Pithecanthropus, Meganthropus, dan Homo. Manusia purba yang ada di dunia adalah Sinanthropus Pekinensis, Homo Africanus (Homo Rhodesiensis), Australopithecus Africanus, Homo Heidelbergensis, Homo Neanderthalensis, dan Homo Cro Magnon (Ras Cro-Magnon).
Ada beberapa kemiripan ciri dari manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan di dunia, misalnya Sinanthropus Pekinensis ada persamaan dengan Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia. Manusia Purba Jenis Pithecanthropus  di Indonesia  usianya lebih tua dari yang ditemukan Eropa, namun dari jenis Homo (manusia) usianya lebih muda di bandingkan di kawasan lain.    
Dalam hal tata cara kehidupan dari pola tempat tinggal, pengunaan dan pembuatan alat bantu, kesenian, dan religi manusia purba di seluruh dunia memiliki kesamaan.

No comments:

Post a Comment