DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan
Masalah
C.
Tujuan dan
Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A.
Berpikir Sejarah secara Diakronik
B.
Berpikir Sejarah secara Sinkronik
C.
Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara
Diakronik dan Sinkronik
D.
Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu
dalam Sejarah
E.
Penerapan Berpikir Diakronik dan
Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya
berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep
kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang
peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan
mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antar peristiwa yang
terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau
kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa
berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu
permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi
yang tidak tepat.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti
dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian
pada waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu
social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang
sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita. Meskipun tidak melakukan
perbandingan dengan sejumlah kondisi yang sama, tetapi dengan memfokuskan
perhatian terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dalam sebuah kajian akan
membuat kita lebih memaknai mengapa hal itu dapat terjadi. Selain melatih kita
untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik, sejarah juga mengajarkan kepada
kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai pengertian menyeluruh, artinya
dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan
cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebagai contoh, kita ingin
mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara berpikir holistic kita
akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, dimana kejadiannya,
kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang telah dilakuakn untuk mencegah
terjadunya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh karena itu,
kita juga belajar bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana kemampuan
kita dapa mencegah sebaba atau mehgurangi atau bahkan menghindari akibat yang
tidak kita inginkan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berfikir Sinkronik dan
Diakronik?
2. Apa keterkaitan antara berfikir
Sinkronik dan Diakronik?
3. Bagaimana Penerapan berfikir Sinkronik
dan Diakronik ?
C.
Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui Konsep Dasar Berfikir
Sejarah
2. Mengetahui Strategi Pengembanagn
Berfikir Sejarah
3. Mengetahui Penerapan Berfikir Sejarah
Dalam Pembelajaran Sejarah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Berpikir Sejarah Secara Diakronis
Menurut
Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau
melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis
dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara
tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu,
tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep
diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan
bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan
perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari
jaman ke jaman berikutnya.
Suatu
peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan
mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis
haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita. Kronologi
adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya.
Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu
peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu
untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang
terkait peristiwanya.
1.
Contoh berpikir sejarah secara diakronis
Menjelaskan
peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa
yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu,
reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa
Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.
2.
Ciri-ciri berpikir sejarah secara diakronis
a.
Mengkaji dengan berlalunya masa
b.
Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
c.
Bersifat historis atau komparatif
d.
Bersifat vertikal
e.
Terdapat konsep perbandingan
f.
Cakupan kajian lebih luas
B.
Berpikir Sejarah Secara Sinkronik
Kata
sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang
berarti waktu, masa. Sinkronis artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu yang
mengandung kesistematisan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sinkronik
artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu
masa yang terbatas. Menurut Galtung, pengertian sejarah secara sinkronik
artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau
kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Atau meneliti gejala-gejala yang
meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas
Berpikir
sejarah secara sinkronis adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau
bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai
aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam
sejarah adalah mempelajari (mengkaji)
struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau
dibatasi oleh waktu.
1.
Contoh berpikir sejarah secara sinkronis
Menggambarkan
keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu
waktu tertentu, seperti: Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia tahun 1945-1950
2.
Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronis
a.
Mengkaji pada masa
tertentu
b.
Menitik beratkan pengkajian
pada strukturnya(karakternya)
c.
Bersifat horizontal
d.
Tidak ada konsep perbandingan
e.
Cakupan kajian lebih sempit
f.
Memiliki sistematis yang tinggi
g.
Bersifat lebih serius dan sulit
C.
Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara
Diakronik dan Sinkronik
Sejarah
adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah
sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam
ruang yang terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau
berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi
peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Sedangkan ilmu sosial itu
bersifat sinkronis (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan
sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada
waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan
peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis
suatu kondisi seperti itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu
yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas.
Kedua
ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial
lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan
sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan
sinkronis.
Menurut
Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari cara berfikir diakronis
dan berfikir sinkronis, karena keduanya saling melengkapi.
Contoh:
Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada
masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak
hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur
dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial
dan budaya (Aspek Sinkronis) pada masa
pembangunan Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun antara
kurun waktu 760 sampai 830 M dan dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya
Gunadarma dan rampung pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Kita dapat
berfikir secara sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi Borobudur
mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang kacau, tentu saja tidak bangunan yang
megah tersebut tentu dibangun masyarakat yang makmur (aspek ekonomi), hidup
bergotong royong dan toleransi (Aspek sosial budaya), memiliki raja yang
berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).
D.
Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu
dalam Sejarah
1.
Konsep Ruang
a.
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu
b.
Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa -
peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu
c.
Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya
tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut
d.
Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu
terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa
itu terjadi.
2.
Konsep Waktu
a.
Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah
terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti,
dan tertutup
b.
Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan.
Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri
dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi
dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa
sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang
c.
Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini
dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan dating.
E.
Penerapan Berpikir Diakronik dan
Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
1.
Cara
berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang
dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam
ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu
peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu
dari sudut rentang waktu. Pendekatan
diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari
waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang
masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak
perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk
mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA
keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh :
-
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
-
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
-
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
-
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
2.
Cara
berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu sosial
itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam
ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada
saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk
membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada
kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti
itu.
Contoh : satu mungkin
menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di
Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan
orang untuk meneliti waktu yang panjang.
Istilah memanjang
dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang
panjang itu.
Ada juga yang
menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas
dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah
dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis
lainnya misalnya adalah :
-
Tarekat Naqsyabandiyah.
-
Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
-
Kota-kota metropolitan : Jakarta, Surabaya dan Medan ;
(metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan
jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan
(ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial). Kita ingin mencatat bahwa ada
persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis
Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu
sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan
sinkronis Contoh:
-
Peranan militer
dalam politik,1945-1999 ( yang
ditulis seorang ahli ilmu politik)
-
Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi)
BAB III
KESIMPULAN
Diakronis dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak
berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Konsep diakronis melihat bahwa
peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa.
Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat
perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Sinkronis artinya segala sesuatu yang
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi
terbatas dalam waktu. Berpikir sejarah secara sinkronis adalah mempelajari
peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa
sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau
terbatas.
Dalam mempelajari sejarah tidak lepas
dari cara berfikir diakronis dan berfikir sinkronis, karena keduanya saling
melengkapi. Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu
sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang
diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah
menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu
diakronis bercampur dengan sinkronis. Contohnya seperti sejarah Candi
Borobudur. Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa
Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi
Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis)
Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik,
ekonomi, sosial dan budaya (Aspek
Sinkronis)
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-cara-berpikir-kronologis-dan.html
http://sule-epol.blogspot.com/2016/10/makalah-singkronis-dan-diaronis.html
http://pastime-net.blogspot.com/2017/01/makalah-tentang-berfikir-sejarah.html
http://khalillatur.blogspot.com/2014/12/makalah-cara-berpikir-kronologis-dan_16.html
No comments:
Post a Comment