BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
pelaksanaan kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan bangsa-bangsa Barat
ternyata tidak hanya diterapkan di Indonesia saja, melainkan di negara-negara
Asia-Afrika lainnya. Kolonialisme dan imperialisme akhirnya menimbulkan reaksi
bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melakukan perlawanan. Inspirasi
perlawanan tersebut muncul seiring dengan masuknya paham-paham baru dari Eropa,
seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, komunisme, serta
paham Pan-Islamisme yang muncul dari cendekiawan muslim Asia-Afrika.
Pada makalah
ini, penulis akan membahas definisi dan perkembangan paham-paham baru
yang berkembang di Eropa pada abad ke-19 serta dampaknya terhadap kesadaran
pergerakan kebangsaan di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah perkembangan
paham-paham baru yang ada?
2.
Bagaimanakah pergerakan kebangsaan
di Asia Afrika?
3.
Bagaimanakah hubungan kehidupan
perkotaan dengan munculnya pergerakan kebangsaan Indonesia?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui perkembangan
paham-paham baru.
2.
Mengetahui pergerakan kebangsaan
di Asia Afrika.
3.
Mengetahui hubungan kehidupan
perkotaan dengan munculnya pergerakan kebangsaan indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Paham-paham
Baru
1.
Nasionalisme
Paham
nasionalisme berkembang dari Eropa dan sejak abad ke-19 menyebar ke berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia.
Nasionalisme
diartikan sebagai suatu sikap politik dan sosial dari kelompok suatu bangsa
yang memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah serta persamaan
cita-cita dan tujuan. Dengan demikian, kelompok tersebut merasakan adanya
kesatuan mendalam terhadap kelompok bangsa itu.
Nasionalisme
mempunyai cirri utama, yakni menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan. Atau dengan kata lain, kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Paham nasionalsisme
kemudian meyebar, terutama ke negara-negara asia dan afrika sebagai bangsa
terjajah.
Negara-negara
pemula penganut paham nasionalisme adalah Inggris, Jerman, dan Italia.
Tokoh-tokoh Asia yang menjadi pelopor paham Nasionalisme antara lain adalah
Soekarno dari Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, Dr. Sun Yat Sen dari
Cina, dan lain-lain.
2.
Liberalisme
Liberalisme
merupakan paham yang mengutamakan kemerdekaan, terutama kemerdekaan individu.
Paham ini berkembang sangat pesat di kota-kota besar Eropa. Pendukungnya adalah
kaum Borjuis dan kaum terpelajar kota. Aliran liberalisme tidak memiliki ikatan
yang kuat. Peranan kaum Borjuis semakin besar setelah industri dan
perdagangannya menjadi mata pencaharian penting.
Liberalisme
adalah paham yang mengutamakan kebebasan individu dalam berbagai aspek
kehidupan. Paham liberal mula-mula berkembang dikota-kota besar di eropa. Paham
ini kemudian menyebar keberbagai Negara. Basis penduduknya adalah kaum borjuis
dan terpelajar kota.
a)
Kebebasan di bidang politik dna
pemerintahan
Para
pendukung paham liberal berpendapat bahwa masyarakat terdiri dari individu-yang
berhak menentukand an mengatur kepentingnnya sendiri. Wujud dari keinginan itu,
melahirkan system politik liberal dengan parlemen sebagai perwakilan rakyat.
Untuk memilih anggota parlemen, maka diadakan pemilihan umum. Bagi
bansa-bangsa terjajah, paham liberalism sejalan dengan cita-cita nasionalisme
yang menghendaki pemerintahan oleh bangsa sendiri (the right of self
determination).
b)
Kebebasan di bidang ekonomi dan
perdagangan
Dalam
bidang perdagangan dan perekonomian, penganut paham liberal mengingnkan
kebebvasan individu untuk mengatur keperluan sendiri. Semboyannya yang terkenal
adalah latsser faire-laisser passer. Artinya, biarkan setiap orang
mengatur dan menentukan diri-sendiri, tanpa perlu diatur. Dengan
masuknya pengaruh semboyan: bebas bersaing, bebas berdagang, dan bebas
berusaha, maka rakyat indonesia pun ingin hidup seperti cita-cita liberalisme
tersebut.
c)
Kebebasan di bidang agama
Menganut
suatu agama tertentu adalah hak asasi setiap individu. Oleh karena itu, setiap
orang berhak untuk memeluk agama menurut keyakinannya.
d)
Kebebasan di bidang pers
Dalam
bidang pers, pendukung paham liberal berpendapat bahwa wartawan bebas
menuliskan segalah hal yang diketahunya, tanpa harus dikendalikan oleh pihak
penguasa. Namun, selama masa penjajahan di indonesia, pers
dikendalikan oleh pemerintah colonial.
3.
Pan-Islamisme
Pan
Islamisme adalah suatu paham yang bertujuan untuk mempersatukan umat Islam
sedunia. Paham ini dalam bahasa Arabnya disebut dengan Al Jami’ah al
Islamiyah yang dicetuskan oleh seorang Afghanistan bernama Jamaluddin
al Afgani (1839–1897). Namun, ada yang berpendapat bahwa paham ini telah
ada pada diri tokoh perubahan dari Mesir bernama Al-Tahtawi (1801–1873). Jamaluddin
al Afghani menyaksikan bagaimana bangsa Barat terutama Inggris ikut campur
dalam urusan negara-negara Islam. Oleh karena itu, beliau mengajak kaum muslim
untuk kembali pada Alquran dan Hadits, juga menyerukan untuk berjuang melawan
imperialisme Barat untuk merebut kemerdekaan bangsa dan tanah air.
4.
Sosialisme
Paham
sosialisme yang mucul dibeberapa negara eropa, kemudian menyebar pula
kenegara-negara asia dan afrika, termasuk indonesia. Ciri-ciri paham sosialisme
ialah membantu memenuhi kebutuhan rakyat yang menderita; menolak kemutlakan
milik perorangandan menyokong pemilikan bersama; dan mendukung alur pemikiran
yang cendrung bersifat radikal. Paham sosialisme kemudian dilarang
sejak zaman orde baru karena berhubungan dengan paham komunisme yang disebut
marxisme-leninisme.
Beberapa
tokoh penganut paham sosialisme antara lain Robert Owen, Saint Simor, Pierre
Joseph Proudhon, Charles Fourier, Karl Heinrich Marx, Dan E, Angels.
Dari
nama-nama tokoh tersebut yang paling terkenal adalah Karl Marx. Ia
dikenal sebagai bapak pergerakan sosialisme dan komunisme internasional. Marx
berasal dari jerman keturunan yahudi. Ia pernah menjadi pemimpin redaksi harian
Reinische Zeitung. Harian itu cenerung menentang pemerintah, sehingga
pada tahun 1849 ia diusir dari jerman. Marx kemudian pergi ke inggris dan
menetap di london sampai akhir hayatnya.
Buku
das capital merupakan hasil karya karl marx yang terkenal. Dalam buku itu
diuraikan bahwa sepanjang sejarah umat manusia, pertentangan akan selalu
terjadi antara dua golongan, yaitu golongan kaya dan golongan miskin atau
proletar. Menurut karl marx, sosialisme merupakan langkah penentu menuju
masyarakat sosialis. Ia juga mengatakan bahwa pertentangan antarakelas hanya
dapat diselesaikan melalui kekerasan. Semboyan mereka yang terkenal adalah
“kaum buruh seluruh dunia bersatulah”.
5.
Demokrasi
Demokrasi
taitu sistem pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk
mempengaruhi keputusan baik langsung, maupun tidak langsung. Paham ini berasal
dari paham yunani kuno. Beberapa macam praktek demokrasi di berbagai belahan
dunia:
a)
Demokrasi parlementer (perancis
belgia, dan belanda)
b)
Demokrasi dengan pemisahan
kekuasaan legilatif, eksekutif, dan yudikatif.
c)
Demokrasi mmelalui referendum dan
inisiatif rakyat.
d)
Demokrasi negara sedang berkembang
seperti di asia, dan afrika.
B.
Pergerakan Asia Afrika
Di
kawasan Asia, kesadaran nasional baru bangkit sekitar permulaan abad ke-20
untuk melepaskan cengkeraman dari kekuasaan Barat. Misalnya, gerakan nasional
India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi, gerakan nasional Cina yang
dipelopori oleh Sun Yat Sen, gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh
Mustafa Kemal Pasha.
1.
India
Mahatma
Gandhi mengajarkan beberapa hal.
a)
Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk membuat dan memakai bahan buatan
dalam negeri sendiri.
b)
Ahimsa,
artinya melawan tanpa kekerasan (dilarang membunuh) artinya tidak berbuat apa-apa.
c)
Satyagraha, artinya gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan penjajah
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
d)
Hartal,
artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan. Berkabung sebagai tanda
protes (mogok).
e)
Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil
perjuangan rakyat India ialah pada tanggal 15 Agustus 1947 rakyat mendapatkan
status dominion dan berhak mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Pada
tanggal 26 Januari 1950, negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan Nehru
sebagai perdana menterinya.
2.
China
Sun
Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga
asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan
(demokrasi), dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil
mengusir Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
3.
Turki
Gerakan
nasional Turki dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya, terjadi Gerakan
Turki Muda yang bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari keruntuhan,
mengembangkan rasa nasionalisme, dan membulatkan semangat kebangsaan Turki.
Adapun
Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
a)
Modernisasi Turki, yaitu membangun
Turki secara modern.
b)
Nasionalisme berarti menebalkan
rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat berjuang mempertahankan Turki dari
rongrongan penjajahan.
c)
Demokrasi berarti membentuk
pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat dengan UUD, sebab keikutsertaan
rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya,
Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
a)
Memproklamasikan Turki menjadi
republik pertama dengan Mustafa Kemal Pasha sebagai presidennya pada tanggal 29
Oktober 1923;
b)
Melaksanakan pemerintahan modern,
yakni pengesahan UUD, kota Ankara sebagai ibukota, modernisasi agama,
dipakainya huruf Latin;
c)
Modernisasi ekonomi dengan cara
mengadakan rencana pembangunan lima tahun;
d)
Modernisasi pertahanan dan
persenjataan modern.
C.
Hubungan Kehidupan
Perkotaan dengan Munculnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Kota
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan
selalu menjadi tujuan masyarakat dari berbagai daerah. Kehidupan dan mentalitas
masyarakat kota, biasanya mencari dan menemukan identitas baru, pluralistis
(suku, agama, profesi), modern (relative maju dan toleran). Oleh karena itu,
kota menjadi tempat yang sangat strategis dalam upaya memunculkan dan
mengembangkan pergerakan nasional Indonesia. Dari kota-kota tersebut muncullah
golongan-golongan elite baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti
golongan terpelajar, golongan profesional, dan golongan pers.
1.
Golongan Terpelajar
Golongan
terpelajar termasuk ke dalam kelompok elite minoritas dari bangsa Indonesia,
tetapi kedudukan dan peranannya sangat besar dalam lingkungan masyarakat.
Dikatakan minoritas karena di dalam susunan masyarakat jumlahnya relatif kecil
apabila dibandingkan dengan kelompok-kelompok di bawahnya. Golongan ini muncul
pada kota, khususnya kota-kota besar yang dijadikan pusat dan tempat untuk
mengadu nasib, juga merupakan tempat bertemunya ide-ide para pelajar,
mahasiswa, sarjana dan pemuda lain dari berbagai daerah dengan adat istiadat
yang berbeda-beda.
Para
pemuda pelajar mulai menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
menghadapi penjajah Belanda. Mereka juga melihat pentingnya perluasan
pengajaran bagi kemajuan bangsa seperti yang ditegaskan oleh para pelajar
STOVIA di Batavia. Begitu pula di dalam menghadapi kaum kapitalis asing, tidak
ada jalan yang lebih baik kecuali jika para pedagang pribumi bersatu seperti
yang dinyatakan oleh pendiri Sarekat Islam, yaitu Haji Samanhudi.
2.
Golongan Profesional
Golongan
profesional lebih banyak muncul dan mengembangkan profesinya pada daerah
perkotaan. Pada masa kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda, golongan
profesional ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di daerah
perkotaan. Golongan profesional terdiri atas berbagai profesi seperti profesi
guru, dokter, dan sebagainya.
3.
Peranan Pers Indonesia
Pada
abad ke-19, pers masuk ke wilayah Indonesia dan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Wujud perkembangan pers itu dalam
bentuk surat kabar ataupun majalah. Munculnya surat kabar dimodali oleh
orang-orang Cina dengan menggunakan bahasa Melayu. Derngan demikian, surat
kabar yang diterbitkan secara tidak langsung ikut serta di dalam mempopulerkan
penggunaan bahasa Melayu. Surat kabar juga memuat isu-isu politik yang sedang
berkembang, sehingga secara tidak langsung telah banyak memberikan pendidikan
politik pada masyarakat Indonesia. Surat kabar berbahasa Melayu berkembang
sejak awal abad ke-20, antara lain sebagai berikut.
a)
Sumatra: Sinar Soematra, Tjahaja Soematra,
Pemberita Atjeh, Pertja Barat.
b)
Jawa: Bromantani, Pewarta
Soerabaja, Kabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta Hindia, Bintang Pagi,
Sinar Djawa, Hampaet, Melayu, Poetera Hindia.
c)
Kalimantan: Pewarta Borneo.
d)
Sulawesi: Pewarta Manado.
Surat
kabar mempunyai fungsi sosial dasar, yaitu memperluas pengetahuan bagi para
pembacanya dan dapat membentuk opini umum. Akan tetapi, ruang gerak
persuratkabaran pada zaman kolonial Belanda dibatasi dan dikontrol ketat.
Selain surat kabar yang membawa suara nasionalisme, terbit surat kabar yang
merupakan pembawa suara pemerintah kolonial Hindia Belanda, seperti
Pantjaran Warta dan Bentara Hindia di Jakarta, Sinar Matahari di Makassar, dan
Medan Priyayi di Bandung.
Muncul
dan berkembangnya pergerakan nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
dari dalam maupun dari luar, yaitu sebagai berikut:
1.
Pengaruh dari
dalam (internal)
a)
Kenangan kejayaan masa lampau,
misalnya kejayaan kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Majapahit.
b)
Penderitaan dan kesengsaraan
akibat imperialisme dari kaum penjajah.
c)
Muncunya golongan cendekiawan yag
berasal dari sekolah dalam negeri buatan belanda, dan dari sekolah di luar
negeri, maupun cendekiawan dari negeri belanda.
d)
Kemajuan dibidang politik, sosial-
ekonomi, dan kebudayaan, yaitu munculnya partai- partai poltik, pengahpusan
eksploitasi ekonomi asing, dan perlindungan kebudayaan asli akibat kedatangan
budaya dari barat.
2.
Pengaruh dari luar (eksternal)
a)
Kemenangan Jepang atas Rusia
(1905).
b)
Pergerakan kebangsaan India dalm
mengahadapi penjajaahan Inggris.
c)
Gerakan kebangsaan Filipina
melawan Spanyol, dan Amerika Serikat.
d)
Gerakan Nasionalis China yang
dipimpin Dr. Sun Yat Sen.
e)
Pergerakan Turki muda (1908).
f)
Pergerakan Nasionalisme Mesir,
dipimpin oleh Arabhi Pasha (1881- 1882).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kolonialisme dan imperialisme
akhirnya menimbulkan reaksi bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melakukan
perlawanan. Inspirasi perlawanan tersebut muncul seiring dengan masuknya
paham-paham baru dari Eropa, seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme,
demokrasi, komunisme, serta paham pan Islamisme yang muncul dari cendekiawan
muslim Asia-Afrika.
Kehidupan
dan mentalitas masyarakat kota, biasanya mencari dan menemukan identitas baru, pluralistis
(suku, agama, profesi), modern (relatif maju dan toleran). Oleh karena
itu, kota menjadi tempat yang sangat strategis dalam upaya memunculkan dan
mengembangkan pergerakan nasional Indonesia. Dari kota-kota tersebut muncullah
golongan-golongan elite baru dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti
golongan terpelajar, golongan profesional, dan golongan pers.
B.
Saran
Diharapkan,
dengan adanya paham-paham baru tersebut yang meliputi Nasionalisme,
Liberalisme, Sosialisme, Demokrasi, dan Pan-Islamisme bangsa Indonesia dapat
merubah menjadi bangsa yang lebih baik dari berbagai segi.
No comments:
Post a Comment