Friday, July 12, 2019

Historiografi Tradisional, Kolonial dan Modern



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang
      B.     Rumusan Masalah
      C.    Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Historiografi
      B.     Jenis-jenis Historiografi
1.         Historiografi Tradisional 
2.         Histirografi Kolonial 
3.         Historiografi Modern 
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang
Penulisan sejarah atau historiografi merupakan suatu proses pengisahan atas peristiwa-peristiwa penting umat manusia yang terjadi di masa lampau. Penulisan sejarah sendiri  adalah sebagai suatu kenyataan subjektif, karena setiap generasi dapat mengarahkan sudut pandang masa lalu yang telah terjadi berdasarkan interpretasi yang erat kaitannya dengan sikap hidup, pendekatan, atau orientasinya. Pengisahan peristiwa-peristiwa masa lampau sendiri kerap terjadi perbedaan pandangan, yang pada dasarnya bersifat objektif dan absolut, pada gilirannya akan berubah menjadi relatif.
Mempelajari historigrafi pada hakekatnya memahami “sejarahnya penulisan sejarah” sebab didalamnya terdapat perkembangan penulisan sejarah, pengaruh persamaan lingkungan kebudayaan pada setiap penulisan sejarah serta penggunaan teori dan metodologi sejarah dalam mengungkap dan menyajikan materi penulisan sejarah. Historigrafi merupakan representasi dan kesadaran
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian Historiografi?
2.         Apa saja jenis Historiografi?
C.      Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1.         Apa pengertian Historiografi?
2.         Apa saja jenis Historiografi?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Historiografi
Secara harfiah “historiografi” berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sejarah. Rekonstruksi rekaman dan peninggalan masa lampau secara kritis dan imajinatif berdasarkan bukti-bukti atau data-data yang diperoleh melalui proses itu disebut historiografi. Adapun yang dimaksud historiografi ialah usaha untuk mensitensiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah (Gottschalk, 1975:32-33).
Perlu diketahui pula bahwa istilah historiografi kadang-kadang dipergunakan dalam arti pengkajian secara kritis buku sejarah yang telah ditulis, baik yang bersifat tradisional maupun modern. Dalam historiografi para sejarawan berusaha untuk merekonstruksi sebanyak-banyaknya dari masa lampau manusia. Tetapi didalam daya upaya terbatas itu sekalipun, sejarawan mengalami kesulitan-kesulitan. Jarang sekali ia dapat mengkisahkan sebagian sekalipun dari pada masa lampau “sebagaimana yang sungguh-sungguh terjadi”, seperti yang dianjurkan oleh sejarawan besar Jerman, Leopold Von Ranke, karena disamping tidak lengkapnya rekaman-rekaman, ia berhadapan dengan terbatasnya imajinasi dan bahasa manusia untuk menciptakan “sesungguhnya” seperti itu. Tetapi, jika kita meminjam ungkapan dari bidang geometri ia dapat berusaha untuk mendekati masa lampau yang sesungguhnya “sebagai limit”. Karena masa lampau yang digambarkan sebagai sesuatu yang “sungguh-sungguh terjadi” jelas memberikan limit terhadap jenis rekaman dan imajinasi yang dapat dipergunakannya. Ia harus pasti bahwa rekaman-rekamnnya sungguh-sungguh berasal dari masa lampau dan memang benar-benar apa yang nampaknya demikian, dan bahwa imajinasinya ditujukan terhadap re-kreasi dan bukan ditujukan terhadap kreasi. Limit-limit itulah yang memperbedakan sejarah dari fiksi, puisi, drama, dan fantasi.
B.       Jenis-jenis Historiografi
1.         Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah karya tulis sejarah yang dibuat oleh para pujangga dari suatu kerajaan, baik itu kerajaan yang bernafaskan Hindu/Budha maupun kerajaan/kesultanan yang bernafaskan Islam tempo dulu yang pernah berdiri di Nusantara Indonesia. Seperti kita ketahui di Nusantara Indonesia, bahwa sejak awal bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah, diiringi pula dengan berdirinya kerajaan-kerajaan terutama yang dominan dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
a.         Regio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana).
b.        Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segisosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
c.         Regio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
d.        Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata.
e.         Bersifat regio-sentris/etnosentrisme (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
f.         Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma.
g.        Sebagai ekspedisi budaya maksudnya sebagaisarana legitimasi tentang jati dirinya dan asal-usulnya yang dapat menerangkan keberadaannya dan memperkokoh nilai-nilai budaya yang dianut.
h.        Oral tradition Historiografi jenis ini di sampaikan secara lisan, maka tidak dijamin keutuhan redaksionalnya.
i.          Anakronistik Dalam menempatkan waktu sering terjadi kesalahan-kesalahan, pernyataan waktu dengan fakta sejarah termasuk di dalamnyapenggunaan kosa kata penggunaan kata nama dll. Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Budha penulisan sejarahnyacontohnya seperti Kitab Mahabrata dan Ramayana. Sedangkan pada masakerajaan-kerajaan Islam sudah dihasilkan karya sendiri, bahkan sudahmenerapkan sistem kronologi dalam penjelasan peristiwa sejarahnya.
Tujuan dari Historiografi Tradisional adalah:
a.         Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis
b.        Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah kekuasaan pusat
c.         Untuk membuat simbol identitas baruUntuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja.
2.         Histirografi Kolonial
Histirografi Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandangan kolonial Belanda atau bersifat Eropasentris atau Nearlandosentris. Peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda di tulis berdasarkan kepentingan Belanda. Historiografi kolonial berisi kisah-kisah orang-orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia) dan orang-orang pribumi yang memiliki peran dan mendukung kepentingan pemerintahan kolonial. Orang-orang pribumi yang tidak memiliki dan menentang kepentingan pemerintah kolonial tidak masuk dalam sejarah kolonial.
Ciri-ciri Histirografi Kolonial diantaranya:
a.         Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan koloninya (dijajah),
b.        Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda) dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan bangsa Indonesia,
c.         Bersifat Belanda sentris kepentingan kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di temapat jajahan mereka.



Ciri-ciri lain historiografi kolonial :
a.         Bersifat diskriminatif;
b.        Menggunakan sumber-sumber belanda;
c.         Berisi sejarah orang besar dan sejarah politik;
d.        Merupakan sejarah orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia);
e.         Menganggap bahwa Indonesia belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang belanda.
3.         Historiografi Modern 
Historiografi modern adalah penulisan sejarah Indonesia yang bersifat kritis atau memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Banyak tulisan yang salah interpretasi dengan mendefinisikan historiografi modern sebagai penulisan sejarah Indonesia setelah Indonesia merdeka. Padahal, sebelum Indonesia merdekapun, kita memiliki karya sejarah yang sengat tepat yaitu historiografi modern. Contohnya Cristiche Beschouwing van de Sadjarah Banten (Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten) yang merupakan karya dari Dr. Hoesein Djajadiningrat (1886-1960). 
Historiografi Indonesia Modern dapat diartikan sebagai penulisan sejarah Indonesia yang lebih modern dari pada historiografi Indonesia yang terdahulu yaitu historiografi tradisional, historiografi masa kolonial atau masa reformasi. Tumbuhnya historiografi Indonesia modern merupakan suatu tuntutan akan ketepatan teknik dalam usaha untuk mendapatkan fakta sejarah secermat mungkin dan mengadakan rekonstruksi sebaik mungkin serta menerangkannya setepat mungkin. Historiografi modern merupakan cara menulis, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Secara umum ciri-ciri historiografi modern, yaitu:
a.         Menggunakan metode yang kritis
Penulisan sejarah dengan cara yang konvensional (yang hanya mengandalkan naskah sebagai sumber sejarah) yang bersifat naratif, deskriptif, kedaerahan, serta tema-tema politik dan penguasa diganti dengan cara penulisan sejarah yang kritis (struktur analitis).
b.        Penghalusan teknik penelitian
Dalam teknik penelitian sejarah menggunakan metode yang tepat yaitu:
-          Memilih topik penulisan yang tepat/sesuai
-          Mencari dan memilih bukti-bukti sejarah yang sesuai dengan topik
-          Membuat berbagai catatan penting (teknik membuat catatan)
-          Mengevaluasi secara kritis semua bukti yang ada
-          Menyusun hasil-hasil penelitian dalam suatu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya
-          Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikan kepada para pembaca
-          Dalam teknik penelitian menggunkan teknik studi kepustakaan yaitu dengan melalaui kajian terhadap sumber-sumber tertulis
-          Wawancara melalui oral history

-          Observasi dilakukan melalui penelitian di lapangan 
-          Ekskavasi dilakukan melalui penggalian terhadap peninggalan sejarah.
c.         Memakai ilmu-ilmu bantu baru yang bermunculan
Secara bertahap berbagai ilmu bantu baru dalam pengerjaan sejarah berkembang mulai dari:
-          Penguasaan bahasa
-          Epigrafi (membaca tulisan kuno)
-          Numismatik (mempelajari mata uang kuno)
-          Arkeologi yang mempelajari permasalahan arsip-arsip.



BAB III
KESIMPULAN


Penulisan sejarah ditujukan untuk menceritakan kembali peristiwa yang telah terjadi di masa lampau berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah diperoleh dari berbagai sumber sejarah. Dengan penulisan sejarah tersebut diharapkan agar masyarakat saat ini mengerti tentang segala peristiwa masa lampau yang telah terjadi sebelum terjadinya kehidupan masa sekarang.
Historiografi Indonesia terbagi ke dalam tiga jenis yaitu Historiografi Tradisional, Historiografi Kolonial dan Historiografi Modern.  Ciri – ciri Historiografi Tradisional diantarantya adalah Regio sentris, bersifat feodalistis-aristokratis, regio magis, Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan hal-hal yang nyata dan lain – lain. Ciri – ciri Historiografi Kolonial diantaranya adalah Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan koloninya (dijajah), tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda, bersifat Belanda sentris dan lain – lain. Ciri Historiografi Modern dintaranya adalah menggunakan metode yang kritis, penghalusan teknik penelitian, memakai ilmu-ilmu bantu baru yang bermunculan dan lain – lain.

Thursday, July 11, 2019

Berfikir Sinkronik dan Diakronik dalam Sejarah



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR   
DAFTAR ISI             
BAB I PENDAHULUAN    
      A.    Latar Belakang    
      B.     Rumusan Masalah           
      C.    Tujuan dan Manfaat        
BAB II PEMBAHASAN     
      A.    Berpikir Sejarah secara Diakronik
      B.     Berpikir Sejarah secara Sinkronik 
      C.    Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik        
      D.    Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah         
      E.     Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah          
BAB III PENUTUP  
      A.    Kesimpulan         
      B.     Saran       
DAFTAR PUSTAKA           




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antar peristiwa yang terjadi.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Konsep berpikir sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita. Meskipun tidak melakukan perbandingan dengan sejumlah kondisi yang sama, tetapi dengan memfokuskan perhatian terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu dalam sebuah kajian akan membuat kita lebih memaknai mengapa hal itu dapat terjadi. Selain melatih kita untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai pengertian menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara berpikir holistic kita akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, dimana kejadiannya, kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang telah dilakuakn untuk mencegah terjadunya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh karena itu, kita juga belajar bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana kemampuan kita dapa mencegah sebaba atau mehgurangi atau bahkan menghindari akibat yang tidak kita inginkan.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian berfikir Sinkronik dan Diakronik?
2.    Apa keterkaitan antara berfikir Sinkronik dan Diakronik?
3.    Bagaimana Penerapan berfikir Sinkronik dan Diakronik ?
C.      Tujuan dan Manfaat
1.    Mengetahui Konsep Dasar Berfikir Sejarah
2.    Mengetahui Strategi Pengembanagn Berfikir Sejarah
3.    Mengetahui Penerapan Berfikir Sejarah Dalam Pembelajaran Sejarah


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Berpikir Sejarah Secara Diakronis
Menurut Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita. Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
1.         Contoh berpikir sejarah secara diakronis
Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain sebagainya.
2.         Ciri-ciri berpikir sejarah secara diakronis
a.         Mengkaji dengan berlalunya masa
b.        Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
c.         Bersifat historis atau komparatif
d.        Bersifat vertikal
e.         Terdapat konsep perbandingan
f.         Cakupan kajian lebih luas
B.       Berpikir Sejarah Secara Sinkronik
Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang berarti waktu, masa. Sinkronis artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu yang mengandung kesistematisan tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas. Menurut Galtung, pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Atau meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas
Berpikir sejarah secara sinkronis adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah  mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.
1.         Contoh berpikir sejarah secara sinkronis
Menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, seperti: Keadaan ekonomi masyarakat Indonesia tahun 1945-1950
2.         Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronis
a.         Mengkaji  pada masa tertentu
b.        Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
c.         Bersifat horizontal
d.        Tidak ada konsep perbandingan
e.         Cakupan kajian lebih sempit
f.         Memiliki sistematis yang tinggi
g.        Bersifat lebih serius dan sulit
C.      Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik
Sejarah adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Sedangkan ilmu sosial itu bersifat sinkronis (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis.
Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari cara berfikir diakronis dan berfikir sinkronis, karena keduanya saling melengkapi.
Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial dan  budaya (Aspek Sinkronis) pada masa pembangunan Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun antara kurun waktu 760 sampai 830 M dan dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya Gunadarma dan rampung pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. Kita dapat berfikir secara sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi Borobudur mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang kacau, tentu saja tidak bangunan yang megah tersebut tentu dibangun masyarakat yang makmur (aspek ekonomi), hidup bergotong royong dan toleransi (Aspek sosial budaya), memiliki raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).
D.      Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah
1.         Konsep Ruang
a.         Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu
b.        Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu
c.         Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut
d.        Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2.         Konsep Waktu
a.         Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup
b.        Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang
c.         Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan dating.
E.       Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran Sejarah
1.         Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya me­manjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.
Contoh :
-          Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
-          Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
-          Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
-          Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
2.         Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh : satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.  
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah : 
-          Tarekat Naqsyabandiyah.
-          Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
-          Kota-kota metropolitan : Jakarta, Surabaya dan Medan ; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis Contoh: 
-          Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik) 
-          Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi)



BAB III
KESIMPULAN


Diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau timbul secara tiba-tiba. Konsep diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman berikutnya.
Sinkronis artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa / ruang tetapi terbatas dalam waktu. Berpikir sejarah secara sinkronis adalah mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal, artinya mempelajari pristiwa sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas.
Dalam mempelajari sejarah tidak lepas dari cara berfikir diakronis dan berfikir sinkronis, karena keduanya saling melengkapi. Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis. Contohnya seperti sejarah Candi Borobudur. Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak hanya menceritakan bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial dan  budaya (Aspek Sinkronis)



DAFTAR PUSTAKA



http://wwwilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-cara-berpikir-kronologis-dan.html
http://sule-epol.blogspot.com/2016/10/makalah-singkronis-dan-diaronis.html
http://pastime-net.blogspot.com/2017/01/makalah-tentang-berfikir-sejarah.html
http://khalillatur.blogspot.com/2014/12/makalah-cara-berpikir-kronologis-dan_16.html