Wednesday, January 22, 2020

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF



PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TOKOH - TOKOH PADA SETIAP MASA PERKEMBANGANNYA


Al-Qur`an dan hadis bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia. Al-Qur`an dan hadis adalah panduan hidup yang menggiring manusia menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan yang meliputi dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Kebahagiaan di dunia dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram. Kebahagiaan akhirat adalah kebahagiaan bertemu dan berkomunikasi dengan Allah.Tasawuf dalam dunia Islam baru akhir-akhir ini dipelajari sebagai ilmu, sebelumnya dipelajari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.  Manusia pada dasarnya adalah suci, maka kegiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia untuk mensucikan diri merupakan naluri manusia. Usaha yang mengarah kepada pensucian jiwa terdapat di dalam kehidupan tasawuf. Tasawuf merupakan suatu ajaran untuk mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Allah bahkan kalau bisa menyatu dengan Allah melalui jalan dan cara, yaitu maqâmât dan ahwâl.
Dalam tulisan ini saya akan mencoba membahas mengenai apa itu tasawuf? bagaimana sejarah perkembangannya dan siapa saja tokoh - tokohnya?





A.      Pengertian Tasawuf
Kata tasawuf diambil dari kata shafa yang berarti bersih. Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata Shuffahyangberarti serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin. Mereka disebut ahl as-shuffah yang sungguh pun miskin namun berhati mulia dan memang sifat tidak mementingkan kepentingan dunia dan berhati mulia adalah sifat-sifat kaum sufi/ teori lainnya menegaskan bahwa kata sufi diambil dari kata suf yaitu kain yang dibuat dari bulu atau wool, dan kaum sufi memilih memakai wool yang kasar sebagai simbol kesederhanaan.
Dari berbagai teori di atas, tampak bisa dipahami bahwa sufi dapat dihubungkan dengan dua aspek, yaitu aspek lahiriyah dan bathiniyah. Teori yang menghubungkan orang yang menjalani kehidupan tasawuf dengan orang yang berada di serambi masjid dan bulu domba merupakan tinjauanaspeklahiriyah dari shufi. Ia dianggap sebagai orang yang telah meninggalkan dunia dan hasrat jasmani, dan menggunakan benda-benda di dunia hanya untuk sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedinginan dan kelaparan. Sedangkan teori yang melihat sufi sebagai orang yang mendapat keistimewaan di hadapan Tuhan nampak lebih memberatkanpada aspek bathiniyah.
Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam artinya di atas bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan, dan intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad atau menyatu dengan Tuhan.
Dalam ajaran tasawuf, seorang sufi tidak begitu saja dapat berada dekat dengan Tuhan, melainkan terlebih dahulu ia harus menempuh latihan tertentu. Ia misalnya harus menempuh beberapa maqam (stasiun), yaitu disiplin kerohanian yang ditujukan oleh seorang calon sufi dalam bentuk berbagai pengalaman yang dirasakan dan diperoleh melalui usaha-usaha tertentu.
Mengenai jumlah maqamat yang harus ditempuh oleh para sufi berbeda-beda sesuai dengan pengalaman pribadi yang bersangkutan. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadzi misalnya, mengemukakan beberapa mawamat, yaitu : taubat, zuhud, sabar, al-faqr, al-tawadlu’, taqwa, tawakkal, al-ridla, al-mahabbah, al-ma’rifat dan kerelaan hati.
B.       Sejarah Perkembangan Tasawuf
Ibnu al-jauzi dan ibnu kholdun secara garis besar kehidupan kerohanian dalam islam terbagi menjadi dua yaitu zuhud dan tasawuf. Keduanya merupakan istilah baru karena belum ada pada Muhammad SAW.
Tasawuf islam, pada taraf yang pertama berdasar dan bersumberkan kepada peri hidup Rasulullah. Bahwa tasawuf pada masa Rasulullah SAW adalah sifat umum yang terdapat pada seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa kecuali. Sedikit demi sedikit lahirlah filsafat ibadah dan penyelidikan mendalam pada cara ini, dan bersamaan dengan itu lahirlah mazhab-mazhab Rohaniyah yang mendalami dan ini semua termasuk dalam kata tasawuf adanya.Yang pertama member dasar tentang tasawuf, ialah Nabi Muhammad SAW, berupa syari’at pada umumnya dan dengan ilham kepada orang-orang khususnya.
Istilah tasawuf pada masa beliau adalah sahabat, panggilan kehormatan bagi pengikutnya. Mereka orang-orang yang terhindar dari sifat syirik dan pola kehidupan jahiliyah, selalu mendengar dan meresapi Al-Qur’an. Ada istilah baru muncul yaitu muhajir dan ansor, istilah tersebut muncul ketika beliau bersama para sahabat hijrah keMadinah.
Ketika islam berkembang dan terjadi perkembangan strata social, muncul istilah baru dikalangan sahabat yaitu Quro’, Ahlu Assufah, serta fuqoro’. Masa Khulafaur Rosyidin ketiga, istilah quro’ sebagai panggilan bagi pengkaji Al-Qur’an. Pada masa kholifah keempat muncul istilah mu’tazilah, bersamaan dengan itu muncul istilah khowarij, mereka semua kelompok zuhut yang umumnya disebut quro’. Setelah kematian Ali dan Husain muncul istilah Tawwabin, Qossos, Nussak, Rabbaniyah, dan sebagainya.
Telah diketahui sejarah islam ditandai dengan peristiwa tragis yaitu pembunuhan terhadap kholifah Usman bin Affan RA. Dari peristiwa tersebut secara berantai terjadi kekacauan dan kerusakan akhlak. Hal ini menyebabkan para sahabat yang masih ada dan para pemuka islam yang mau berfikir, berikhtiyarrmengembalikan ajaran islam, iktikaf, mendengarkan kishoh mengenai targib dan tarhib, mengenai keindahan hidup zuhud dan sebagainya. Inilah benih tasawuf yang paling awal.
1.         Masa Pembentukan
Tasawuf berasal dari kehidupan Rasulullah. Berkatalah Syeh Abdul Baqy Surur, bahwa tahannus Rasulullah di Goa Hira, merupakan cahaya-cahaya pertama dan utama bagi nur tasawuf atau itulah benih-benih pertama bagi kehidupan rohaniyahyang disebut dengan ilham hati atau renungan-renungan rohaniyah.
Dalam hal ini, maka ahli-ahli tasawuf memandang pekerjaan Rasulullah sehari-hari merupakan dasar ilmu tasawuf. Oleh karena itu mereka memandang Rasulullah imam besar dan guru pertama dari tasawuf.  
Abad 1 H bagian kedua Hasan Basri dengan ajaran khouf tampilnya guru-guru yang lain yang dinamakan qori’ mengadakan gerakan yang memperbaharui hidup kerahaniandikalangan kaum muslimin. Telah dianjurkan mengurangi makan, menjauhkan diri dari karamain duniawi, mencela dunia. Anjuran tersebut menyimpulakan bibit tasawuf sudah ada sejak itu.
Abad II H tasawuf tidak banyak berbeda dengan abad sebelumnya. Persamaannya terdapat dalam corak kezuhudan, namun penyebabnya berbeda. Penyebab pada abad ini adalah adanya kenyataan pendangkalan ajaran agama dan formalisme dalam melaksanakan syariat agama.
Abu al-wafak menyimpulkan zuhud islam abad 1 dan 2 H mempunyai karakter yaitu:
a.         Menjauhkan diri dari dunia menuju akhirat yang berakal pada nas agama, yang dilator belakangi sosio-politik.
b.        Masih bersifat praktis.
c.         Motif zuhutnya adalah rasa takut.
d.        Menjelang akhir abad 2 H, sebagian zahid menandai analisis yang dipandang sebagai fase pendahuluan   tasawuf atau cikal bakal pendiritasawuf falsafi abad III dan IV H.
2.         Masa Pengembangan
Abad III dan IV H corak tasawuf sangat berbeda dengan abad sebelumnya. Pada abad ini tasawuf bercorak kefanaan, yang menjurus kebersatuan hamba dengan kholik. Abu yazid Al-Bustami adalah seorang sufi dari Persia yang pertama kali mempergunakan istilah fanak dan memasukkan ide wahdatulwujut. Beberapa pandangan Abu Yazid antara lain, artinya: “Aku keluar dari yang haq kepada yang haq sehingga dia berteriak heizad kau adalah aku”.
Fanak merupakan persyaratan bagi seseorang untuk dapat mencapai hakikat ma’rifat. Sesudah Abu Yazid Al-Bustami lahirlah seorang sufi yaitu Al-Halaj dengan teorinya Al-Hulul. Menurutnya manusia mempunyai dua sifat yakni sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan dalam dirinya. Pencampuran antara ruh dengan tuhan diumpamakan oleh Al-Halaj bagaikan bercampurnya air dengan khomer.
Pada akhir abad III orang-orang berlomba menyatakan pemikirannya tentang kesatuan kesaksian,  kesatuan kejadian, kesatuan agama, dansebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dicapai oleh para sufi kecuali dengan latihan yang teratur.
Pada abad III Dan IV H ini bisa dibilang bahwa perkembangannya telah mencapai kesempurnaan. Tokoh abad ke III, yaitu   :
-          Abu Sulaiman Ad-Darani (W.215 H)
-          Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy (W.230 H)
-          Dzun An-Nun Al-Misri (155 H-245 H)
-          Abu Yazid Al-Bustami (W.261H)
-          Junaid Al-Baghdadi (W.298 H)
-          Al-Hallaj (lahir tahun 244 H)
Tokoh abad IV :
-          Musa Al-Anshary (W.320 H)
-          Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy (W.322 H)
-          Abu Zaid Al-Adamy (W.314 H)
-          Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahhab As-Saqafy  (W.328 H)
Kemudian datanglah Junaidi Al-bardadi dengan dasar-dasar ajaran taawuf dan tarikah. Dengan demikian tasawuf abad III dan IV H telah berkembang Abu Al-Wafa’ menyatakan bahwa tasawuf pada abad III dan IV H mengarah pada cirripsikocoret moral dan perhatiannya diarahkan pada moral tinggah laku.
Abad III dan IV H terdapat dua aliran, yaitu: tasawuf suni, dan tasawuf senifalsafi.

3.         Masa Konsolidasi
Pada abad V H mengadakan konsolidasi dimasa ini ditandai kompotensi dan pertarungan antara suni dan semi falsafi yang di menangkan oleh tasawuf suni dan dapat berkembang. Kemenangan ini dikarenakan teologi ahlisunnahwaljama’ah  yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’ari, yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Abu yazid Al-Bustami dan Ahlaj. Al-qusyairi adalah seorang tokoh sufi pertama abad V H, dia berusaha mengembalikan tasawuf pada landasannya Al-Qur’an dan Hadis.
Tokoh abad V H   :
-          Al-Qusyairi (W.465 H)
-          Al-Harawi (lahir 396 H)
-          Al-Ghazali (W.405 H)
4.         Masa Filsafi
Tasawuf falsafi muncul pada abad VI H, IbnKholdun menyimpulkan bahwa tasawuf filsafi mempunyai 4 obyek utama, yaitu:
a.         Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi serta introspeksi yang timbul darinya.
b.        Illuminasi atau yang tersingkap dari alam ghaib.
c.         Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
d.        Pemakaian ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syathahiyat).
Abad VI dilanjutkan abad VII H muncul orde-orde sufi kenamaan.
Tokoh abad VI      :
-          As-Suhrawardi Al-matul (W.587 H)
-          Al-Ghasnawy (w.545 H)
5.         Masa Kemurnian
Pengaruh dan praktik kian tersebar luas melalui tarekat para sultan. Tasawuf pada masa itu ditandai bid’ah, khurufat, mengabaikan syari’at dan hukum-hukum moral dan penghinaan terhadap ilmu pengetahuan, berbentengkan diri dari dukungan awam untuk menghindarkan diri dari rasionalitas, denagn menampilkan amalan yang irrasional. Azimat dan ramalan serta kekuatan ghaib ditonjolkan.
Tokoh abad VII    :
-          Ibnul farid
-          Ibnu Sabi’in
-          Jalaluddin Ar-Rumy
Pada abad ini ahli tasawuf bergerak dalam kegiatan yang dirahasiakan sehingga pemerintah sangat mengkhawatirkan hal itu. Untuk menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat pemerintah menjalankan kewenangannya yang berakibat tertangkapnya para sufi dan beberapa diantaranya melarikan diri ke Negara lainsehingga negeri Arab dan Persia sunyi dari kegiatan ahli tasawuf.
IbnTaimiyah membagi fanak menjadi 3 bagian, yaitu:
1.        Fanak Ibadah, yakni fanak dalam beribadah.
2.        Fanak Syuhud Al-Qolb, yakni fanak pandangan hati.
3.        Fanak Wujud Ma Siwa Allah, yakni fanak wujud selain Allah.
Ibntaimiyah lebih cenderung bertasawuf sebagaimana yang pernah diajarkan Rasulullah yakni menjelaskan dan menghayati ajaran islam, tanpa embel-embel lain, tanpa mengikuti aliran tarekat tertentu, dan tetap melibatkan diri dalam kegiatan social, sebagaimana manusia pada umumnya. Tasawuf model ini yang cocok untuk dikembangkan dimasa modern seperti sekarang.
Terlewatnya abad VII H dan memasuki abad VIII tidak terdengar perkembangan atau pemikiran baru dalam tasawuf. Pada abad ini ada seorang tokoh yang berusaha memurnikan ajaran tasawuf dari unsur-unsur falsafat yaitu Ibnu Tamiyah.
Abad IX, X dan sesudahnya.
Dalam beberaa abad ini, ajaran tasawuf mulai memudar di dunia islam. Peneliti muslim menarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor yang sangat menonjol penyebab runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam          :
a.         Ahli tasawuf kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat islam karena beberapa diantara mereka terlalu menyimpang dari ajaran islam yang sebenarnya.
b.        Penjajah bangsa Eropa yang beragama Nasrani telah menguasai seluruh negeri islam.
Ahli tasawuf pada abad IX dan sesudahnya        :
-               Abdul Wahab Asy-Sya’rany (898-973)
-               Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany (1150-1230 H)
-               Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy (lahir tahun 1206 H)
-               Asy-Syekh Muhammad Amin AL-kurdi (W.1332 H)
Masa kejayaan tasawuf terjadi sekitar abad II, III, IV H dan masa kejayaan tersebut tidak bisa dicapai hingga sekarang. Namun ajaran tasawuf tetap hidup karena tasawuf adalah suatu unsure dari ajaran islam, namun terkadang disalah gunakan  oleh orang-orang tertentu. Akibatnya citra tasawuf dimata masyarakat muslim menjadi rusak




 Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bawhwa :
Kata tasawuf diambil dari kata shafayangberarti bersih. Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Teori lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata Shuffahyangberarti serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh sahabat-sahabat Nabi yang miskin dari golongan Muhajirin.Kehidupan Rasulullah Saw. dan Tahanutsnya di Gua Hira merupakan cahaya pertama dan utama dalam perkembangan tasawuf selanjutnya
Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri nabi dan kehidupan sehari-hari beliau. Tetapi kata tasawuf belum muncul pada saat itu. Sahabat nabi yang pertama kali mempelajari tentang filsafat ibadah dan menjadikan ibadah secara satu tariqah yang khusus adalah Hudzaifah bin Al-Yamani. Hudzaifah pula yang pertama kali mendirikan madrasah tasawuf.
Dari madarsah tasawuf tersebut, lahir lah imam sufi yang pertama yang bernama Al-Hasan Al-Basri. Dan dari Hasan Al-Basri muncullah ilmu tasawuf yang diajarkan di madrasah yang ia pelopori.disusul dengan berdirinya madrasah Sa’id bin Musayyab di Irak dan diteruskan dikurasan Persia.
Dengan meluasnya ilmu tasawuf maka hancur lah gerakan ateis. Dalam perluasan ilmu tasdawuf terdapat beberapa aliran. Dan dari aliran-aliran tersebut, tasawuf tersebar diseluruh dunia.











DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulanmakalah-kedokteran-psikologi.blogspot.in/2014/01/makalah-tasawuf.html
Prof. Dr. Amin Syukur, MA. Intelektualisme Tasawuf, cetakan pertama, (Semarang, pustaka pelajar, Januari 2002), hal.17-33
Dr. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Islam Tasawuf, PT. Bwa Ilmu, hal.152
Ust Labib MZ dan Drs. Moh. Al-‘Aziz,thashawwufdanjalan hidup para wali,cetakan pertama, (Surabaya, Bintang Usaha Jaya, 2000), hal.40-54
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, akhlak tasawuf, cetakan kesepuluh, (Bandung, Pustaka Setia,  2010), hal.165-194

No comments:

Post a Comment