DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tajassus
B.
Dampak Negatif Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain
C.
Cara Menghindari Mencari-Cari Kesalahan Orang
Lain
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam kehidupan
sehari-hari kita dapat menyaksikan disekitar kita ada sebagian orang yang
melakukan amal kebaikan dan sebaliknya ada yang melakukan amal buruk. Perilaku
tercela dalam islam disebut dengan akhlak tercela atau akhlak syai’yah. Salah
satu akhlak tercela itu adalah Tajassus. Tajassus merupakan sikap dimana selalu
ingin mencari kesalahan orang lain.
Manusia adalah
makhluk yang penuh dengan salah dan lupa, hal ini sudah menjadi suatu yang
manusiawi, karena tidak ada manusia yang sempurna. Sehingga dalam makalah ini
penulis membahas tentang akhlak tercela salah satunya yaitu Tajassus agar kita dapat
menghindari akhlak tercela tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Tajassus?
2.
Apa saja Dampak Negatif dari
Tajassus?
3.
Bagaimana cara menghindari Tajassus?
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui :
1.
Pengertian
Tajassus
2.
Dampak
Negatif dari Tajassus
3.
Cara
menghindari Tajassus
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajassus
Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai
(spionase) atau mengorek-orek berita. Sehingga dalam lingkungan pesantren kata
itu sering kali digunakan dan menyebutnya sebagai ‘jaasuus’ atau mata-mata.
Namun dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan
al-‘Arab karangan Imam Ibnu Manzhur, tajassus berarti “bahatsa ‘anhu wa
fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya.
Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia, misalnya
dalam kamus Al-Bishri, tajassus berasal dari kata “jassa-yajussu-jassan”
kemudian berimbuhan huruf ta di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya maka
menjadi kata “tajassasa-yatajassasu-tajassusan” yang berarti menyelidiki atau
memata-matai.
Dari pengertian tersebut, maka bisa kita tarik kesimpulan
bahwa tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya
atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam
Alquran maupun hadis.
Selain perbuatan yang dilarang dalam islam, perbuatan
tajassus akan mengundang retaknya
hubungan manusia karena dengan kesalahan-kesalahan yang
dicari, aib seseorang akan terbongkar. Hal itu sama dengan mengingkari perintah
Allah untuk saling bersaudara. Rasulullah
Saw. bersabda:
إِيَّا
كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ
تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا
وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan
berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan.
Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling
memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Bukhori
Muslim).
B. Dampak Negatif Mencari-Cari Kesalahan Orang
Lain
Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain menimbulkan berbagai
dampak negatif untuk pelaku dan korbannya, yaitu:
a.
Dilaknat oleh Allah Swt
Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain merupakan sebuah
pengingkaran dari perintah saling mengenal, memahami, dan menjamin dalam
persaudaraan. Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurāt (49): 12)
b.
Hubungan harmonis akan menjadi hancur
Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain akan menguak aib
dan rahasia orang lain yang dijaganya. Hal itu akan merusak telinga orang yang
mendengarnya dan merusak mulut dan telinga pelakunya. Pelakunya telah zalim
pada penggunaan telinga dan mulut sehingga dipergunakannya untuk perbuatan yang
diibaratkan memakan bangkai saudaranya ini.
Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain juga akan
meretakkan hubungan manusia. Perbuatan itu akan menimbulkan perpecahan,
perselisihan dan permusuhan antar individu atau pun kelompok. Rasulullah Saw
bersabda:
“Jika engkau mengikuti cela (kesalahan) kaum
muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka”.
(HR. Abu Daud).
c.
Telinganya kan dituangkan cairan tembaga di hari
Kiamat kelak
Seseorang yang hendak mencari kesalahan orang lain akan
menggunakan indranya untuk mencapai hasratnya. Ia akan menggunakan mata untuk
mengintip celah-celah kesalahan orang lain. Ia akan menggunakan telinga untuk
mendengarkan secara sembunyi-sembunyi perkataan orang lain. Dan ia akan
melangkahkan kakinya kepada perbuatan yang hina tersebut. Rasulullah Saw
bersabda:
“Barangsiapa menguping omongan orang lain,
sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan selain mereka), maka pada
telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).
C. Cara Menghindari Mencari-Cari Kesalahan
Orang Lain
Untuk menghindari perbuatan mencari-cari kesalahan orang
lain, kita dapat melakukan beberapa upaya berikut ini:
a.
Belajar berprasangka baik
Untuk belajar berprasangka baik, Rasulullah memberikan
tuntunan sebagaimana dalam hadits berikut:
“Dari ‘Aisyah Ra, ada suatu kaum yang
berkata, “Wahai Rasulullah, ada suatu kaum membawa daging kepada kami dan kami
tidak tahu apakah daging tersebut saat disembelih dibacakan bismillah ataukah
tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Ucapkanlah
bismillah lalu makanlah.” (HR. Bukhari).
b.
Lebih mementingkan introspeksi diri dari pada
mengurusi urusan orang lain
Rasulullah
Saw bersabda:
“Salah seorang dari kalian dapat melihat
kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di
matanya”. (HR. Bukhari).
c.
Boleh curiga dengan adanya bukti, tapi tidak
patut berlebihan
Untuk membedakan antara mencari-cari kesalahan orang lain
dengan sikap curiga, cermati hadits berikut: ‘
“Dari Zaid bin Wahab, ia berkata, Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu telah didatangi oleh seseorang, lalu dikatakan kepadanya,
“Orang ini jenggotnya bertetesan khamr.” Ibnu Mas’du pun berkata, “Kami memang
telah dilarang untuk tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain). Tapi jika
tampak sesuatu bagi kami, kami akan menindaknya”. (HR. Abu Daud).
BAB III
KESIMPULAN
Tajassus adalah mencari-cari
kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap
tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.
Perbuatan mencari-cari kesalahan
orang lain menimbulkan berbagai dampak negatif untuk pelaku dan korbannya yaitu
dilaknat oleh Allah Swt, hubungan harmonis akan menjadi hancur, dan telinganya
kan dituangkan cairan tembaga di hari Kiamat kelak.
Untuk menghindari perbuatan
mencari-cari kesalahan orang lain, kita dapat melakukan beberapa upaya
diantaranya adalah belajar berprasangka baik, lebih mementingkan introspeksi
diri dari pada mengurusi urusan orang lain, dan Boleh curiga dengan adanya
bukti, tapi tidak patut berlebihan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://temanshalih.com/tajassus-arti-hukum-dan-contoh/#Arti_Kata_Tajassus
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/12/akhlak-tercela-31-tajassus/
https://rumaysho.com/10529-tajassus-mencari-kesalahan-orang-beriman.html
https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-cari-kesalahan-orang-lain.html
No comments:
Post a Comment