Tuesday, May 10, 2022

AKIDAH AKHLAK : TAJASSUS (MENCARI - CARI KESALAHAN ORANG LAIN)

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B.     Rumusan Masalah

C.     Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tajassus

B.     Dampak Negatif Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

C.     Cara Menghindari Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA


 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan disekitar kita ada sebagian orang yang melakukan amal kebaikan dan sebaliknya ada yang melakukan amal buruk. Perilaku tercela dalam islam disebut dengan akhlak tercela atau akhlak syai’yah. Salah satu akhlak tercela itu adalah Tajassus. Tajassus merupakan sikap dimana selalu ingin mencari kesalahan orang lain.

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan salah dan lupa, hal ini sudah menjadi suatu yang manusiawi, karena tidak ada manusia yang sempurna. Sehingga dalam makalah ini penulis membahas tentang akhlak tercela salah satunya yaitu Tajassus agar kita dapat menghindari akhlak tercela tersebut.

 

B.       Rumusan Masalah

1.         Apa pengertian Tajassus?

2.         Apa saja Dampak Negatif dari Tajassus?

3.         Bagaimana cara menghindari Tajassus?

 

C.      Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :

1.         Pengertian Tajassus

2.         Dampak Negatif dari Tajassus

3.         Cara menghindari Tajassus


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Tajassus

Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai (spionase) atau mengorek-orek berita. Sehingga dalam lingkungan pesantren kata itu sering kali digunakan dan menyebutnya sebagai ‘jaasuus’ atau mata-mata.

Namun dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan al-‘Arab karangan Imam Ibnu Manzhur, tajassus berarti “bahatsa ‘anhu wa fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya.

Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia, misalnya dalam kamus Al-Bishri, tajassus berasal dari kata “jassa-yajussu-jassan” kemudian berimbuhan huruf ta di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya maka menjadi kata “tajassasa-yatajassasu-tajassusan” yang berarti menyelidiki atau memata-matai.

Dari pengertian tersebut, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.

Selain perbuatan yang dilarang dalam islam, perbuatan tajassus akan mengundang retaknya  hubungan  manusia  karena dengan kesalahan-kesalahan yang dicari, aib seseorang akan terbongkar. Hal itu sama dengan mengingkari perintah Allah untuk saling bersaudara. Rasulullah  Saw. bersabda:

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Bukhori Muslim).

B.       Dampak Negatif Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain menimbulkan berbagai dampak negatif untuk pelaku dan korbannya, yaitu:

a.         Dilaknat oleh Allah Swt

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain merupakan sebuah pengingkaran dari perintah saling mengenal, memahami, dan menjamin dalam persaudaraan. Allah Swt berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurāt (49): 12)

b.        Hubungan harmonis akan menjadi hancur

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain akan menguak aib dan rahasia orang lain yang dijaganya. Hal itu akan merusak telinga orang yang mendengarnya dan merusak mulut dan telinga pelakunya. Pelakunya telah zalim pada penggunaan telinga dan mulut sehingga dipergunakannya untuk perbuatan yang diibaratkan memakan bangkai saudaranya ini.

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain juga akan meretakkan hubungan manusia. Perbuatan itu akan menimbulkan perpecahan, perselisihan dan permusuhan antar individu atau pun kelompok. Rasulullah Saw bersabda:

Jika engkau mengikuti cela (kesalahan) kaum muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka”. (HR. Abu Daud).

c.         Telinganya kan dituangkan cairan tembaga di hari Kiamat kelak

Seseorang yang hendak mencari kesalahan orang lain akan menggunakan indranya untuk mencapai hasratnya. Ia akan menggunakan mata untuk mengintip celah-celah kesalahan orang lain. Ia akan menggunakan telinga untuk mendengarkan secara sembunyi-sembunyi perkataan orang lain. Dan ia akan melangkahkan kakinya kepada perbuatan yang hina tersebut. Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa menguping omongan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan selain mereka), maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).

C.      Cara Menghindari Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

Untuk menghindari perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain, kita dapat melakukan beberapa upaya berikut ini:

a.         Belajar berprasangka baik

Untuk belajar berprasangka baik, Rasulullah memberikan tuntunan sebagaimana dalam hadits berikut:

Dari ‘Aisyah Ra, ada suatu kaum yang berkata, “Wahai Rasulullah, ada suatu kaum membawa daging kepada kami dan kami tidak tahu apakah daging tersebut saat disembelih dibacakan bismillah ataukah tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Ucapkanlah bismillah lalu makanlah.” (HR. Bukhari).

b.         Lebih mementingkan introspeksi diri dari pada mengurusi urusan orang lain

Rasulullah Saw bersabda:

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya”. (HR. Bukhari).

c.         Boleh curiga dengan adanya bukti, tapi tidak patut berlebihan

Untuk membedakan antara mencari-cari kesalahan orang lain dengan sikap curiga, cermati hadits berikut: ‘

Dari Zaid bin Wahab, ia berkata, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu telah didatangi oleh seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Orang ini jenggotnya bertetesan khamr.” Ibnu Mas’du pun berkata, “Kami memang telah dilarang untuk tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain). Tapi jika tampak sesuatu bagi kami, kami akan menindaknya”. (HR. Abu Daud).


 

BAB III

KESIMPULAN

 

 

Tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.

Perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain menimbulkan berbagai dampak negatif untuk pelaku dan korbannya yaitu dilaknat oleh Allah Swt, hubungan harmonis akan menjadi hancur, dan telinganya kan dituangkan cairan tembaga di hari Kiamat kelak.

Untuk menghindari perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain, kita dapat melakukan beberapa upaya diantaranya adalah belajar berprasangka baik, lebih mementingkan introspeksi diri dari pada mengurusi urusan orang lain, dan Boleh curiga dengan adanya bukti, tapi tidak patut berlebihan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

https://temanshalih.com/tajassus-arti-hukum-dan-contoh/#Arti_Kata_Tajassus

https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/12/akhlak-tercela-31-tajassus/

https://rumaysho.com/10529-tajassus-mencari-kesalahan-orang-beriman.html

https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-cari-kesalahan-orang-lain.html

No comments:

Post a Comment